‘Pentas Silaturahmi’ di Padepokan Tari DLDC Sebagai Ruang Bagi Generasi Muda untuk Berkumpul dan Berdiskusi dengan Para Seniman dan Pelaku Seni
Jakartakita.com – Siapa yang tidak kenal dengan sang maestro seni tari Indonesia, Alm. Dedy Lutan yang sepanjang hidupnya bergelut dengan dunia seni tari dan memiliki padepokan tari Dedy Lutan Dance Company.
Berangkat dari kecintaan dengan seni inilah, kini sang isteri, Elly D Lutan bersama anak, menghadirkan secara rutin gelaran seni tari bertemakan Pentas Silaturahmi Dedy Lutan Dance Company (DLDC).
“Kami semata-mata ingin memperkenalkan kembali khasanah kebudayaan kita yang ‘tersembunyi’ di balik kilau kesenian manca negara. Dengan format dan tata panggung yang terbuka, kami bermaksud memberi ruang bagi generasi muda atau siapa pun mereka, yang ingin berbuat dan berproses, agar kian tertarik berkesenian di padepokan tari DLDC,” kata Elly kepada Jakartakita.com yang di temui di Padepokan Tari DLDC, Kebagusan, Jakarta Selatan, Sabtu (14/12) malam.
Dijelaskan, seniman yang terlibat memiliki kebebasan dalam menentukan karya garapannya untuk ditampilkan, mulai dari karya yang maslh dalam proses pengembangan hingga karya unggulan.
“Semua bentuk seni memiliki ruang dalam Pentas Silaturahmi DLDC. Usai penampilan seni, para pelaku dan penikmat seni yang hadir akan dilibatkan secara aktif dalam diskusi seni, sehingga mereka yang hadir dapat membawa pemikiran baru untuk kemudian menjadi bahan eksplorasi,” tambah Elly.
Di tempat yang sama, Boby Ari setiawan selaku Koreografer sekaligus Penggagas Pentas Silaturahmi ini, mengungkapkan, bahwa dirinya percaya, proses akan mempengaruhi karya, sebagaimana falsafah Jawa ‘ngelmu kelakone kanthi Iaku’ (segala ilmu yang didapat karena proses).
“Bagi para pelaku seni kita bisa berbagi rasa, dan bagi para penikmat seni bisa meluapkan rasa rindu berbudaya. Basic-nya kami memang tari, tapi padepokan ini terbuka bagi pelaku seni apa pun, dari tari, musik, teater dan fotografer,” ujar Boby.
Melalui acara ini, DLDC menyambut berbagai komunitas seni untuk berbagi panggung menampilkan karya garapannya.
“Tak hanya penampilan, di setiap sesi akan dilanjutkan dengan diskusi terbuka dengan mengundang para kurator seni ternama bertempat di Padepokan Tari DLDC, Kebagusan,” jelas Boby.
Adapun pada “Pentas Silaturahmi DLDC” yang berlangsung Sabtu (14/12) malam, beberapa seniman yang meramaikan ruang Pentas Silaturahmi antara lain; Wiwiek Hart Wahyuni (Tari Jakarta), Pulung (Tari Yogyakarta), Nanik Topeng Losari (Tari Cirebon), Bunyi Sunyi & DLDC (Kolaborasi Jakarta), Hari Prasetyo (Monolog Jakarta), dan Hendricus Wisnu Groho (Musik – Jakarta).
Malam itu juga diisi oleh Petuah dari Hartati dan Pameran Foto karya Faizal Ahmad.
“Kebetulan nenek saya sahabat dari keluarga DLDC, jadi saya di sini ikut juga, karena memang ada ikatan batin,” kata Nanik, yang menampilkan tari topeng Cirebon Losari.
Hal senada juga diutarakan Wiwiek yang menampilkan tarian dari perjalanan seni-nya dalam meng-eksplore apa-apa yang menjadi penggalan hidupnya dalam berkesenian dan berbudaya serta menangkap apa yang ada di sekitarnya.
Ia yang mengaku berguru dan banyak belajar dari Dedy Lutan, malam itu benar-benar ingin mempersembahkan karyanya buat sang guru.
“Semoga beliau di “sana” senang dengan apa yang kami lakukan,” tutur Wiwiek.
“Pembelajaran dari Dedy soal berkarya, dia mendorong kami, mengajari kami sebuah keberanian dalam berkarya. Beliau kalau mau pentas karya berani jual mobil. Itu menjadi pelajaran buat kami agar berani dalam berkarya meski harus berkorban,” kata Wiwiek lagi.
Sementara itu, Hari Prasetyo malam itu menampilkan sebuah monolog dimana ia meng-eksplore apa yang terjadi pada masyarakat urban. Digambarkannya semua itu dalam sosok Bisma, tokoh yang melambangkan loyalitas, kesetiaan serta pengabdian.
Adapun pada Pentas Silaturahmi DLDC yang digelar Sabtu (14/12) malam itu, merupakan pentas silaturahmi yang keempat dimana sejak pentas silaturahmi yang pertama, berbagai seniman Indonesia telah ikut mengisi ruang, diantaranya; Koreografer Siko Setyanto (Solo), Dalang Wayang Urban Nanang Hape (Jakarta), Budayawan Tatan Daniel (Sumatera Utara), Pituah Yanusa Nugroho (Jakarta), Koreografer Tradisi Agus Sangishu (Lampung), Pituah Fabianus Koesoemadinata (Jakarta), Teater Tetas (Jakarta), Tari Siti Suryani Feat. Citra Art Studio (Jakarta), Penari lrwan Dhamasto (Solo), dan Kolaborasi Tari & Musik Widya Ayu Feat. Armen (Solo & Jakarta). (Edi Triyono)