Jakartakita.com – Kamis (23/1) di Jakarta, startup-accelerator Digitaraya menggelar acara bertajuk Digitaraya Impact 2020.
Acara ini mengawali program tahunan Digitaraya yang akan dilaksanakan sepanjang tahun 2020.
Agenda utama dari kegiatan ini, terdiri dari rangkuman cerita-cerita sukses para alumni startup dari jaringan Digitaraya, keynote speech, juga berbagai insight dari para partner Digitaraya dan prospek investasi bagi para startup di Indonesia untuk tahun 2020.
Selain nama-nama besar di industri startup, beberapa pembicara inti termasuk Managing Director Digitaraya, Nicole Yap; Deputi Akses Permodalan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Fadjar Hutomo; Head of Developer Relations and Startup Ecosystem in Asia, Africa, and the Middle East, Google, Sebastian Trzcinski-Clément; Partner, McKinsey & Company, Sonia Barquin; Executive Director, UBS Indonesia, Riaz Hyder; Chief Food Officer, Gojek Group, Catherine Hindra; COO, Tokopedia, Melissa Siska Juminto; dan CSO, Traveloka, Joydeep Chakraborty.
“Ekosistem startup di Indonesia telah berkembang sangat pesat pada satu dekade ini, dengan banyak sekali startup-startup lokal menghadirkan inovasi-inovasi yang solutif untuk men-disrupt industri dan memainkan peranan yang penting yang memudahkan kehidupan keseharian masyarakat. Digitaraya hadir sebagai startup-hub kelas dunia di Indonesia untuk mendukung dan mengembangkan startup baru, untuk mencapai tingkatan berikutnya dalam pertumbuhan bisnis mereka,” ungkap Nicole Yap, Managing Director Digitaraya.
Asal tahu saja, di sepanjang tahun 2019, Digitaraya telah berhasil menjadi startup accelerator terdepan di Indonesia, dengan membantu lebih dari 73 startup baru dari 12 negara untuk mencapai tingkat pertumbuhan berikutnya pada bisnis mereka, yang telah berhasil menggalang dana dengan total jumlah US$78 Juta.
Lebih lanjut, Digitaraya juga telah membuka lebih dari 2.400 lapangan pekerjaan dan telah membimbing lebih dari 120 entrepreneur di jaringannya.
Untuk memenuhi kebutuhan dari industri startup, Digitaraya telah berkomitmen untuk melanjutkan perjalanan ini dan terus mendorong industri ini ke depan. “Kami berencana untuk mengadakan lebih banyak bootcamp untuk startup-startup baru yang akan berfokus kepada hal-hal yang fundamental, membantu mencocokkan bisnis mereka dengan Venture Capital dan korporasi, juga membangun jaringan yang luas agar mereka mampu mengembangkan bisnis lebih jauh dan cepat,” tandas Nicole.
Sementara itu, di kesempatan yang sama, Fadjar Hutomo, Deputi Akses Permodalan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang turut memberikan pidato pembuka pada acara ini mengungkapkan, “Ada tiga persoalan bagi perkembangan startup di Indonesia yakni kebutuhan SDM yang mumpuni, peranan mentor yang bisa membimbing, dan funding yang bisa memberikan dorongan. Disinilah pentingnya peran sebuah startup hub seperti Digitaraya. Saya sangat mengapresiasi dan berterimakasih pada Digitaraya atas inisiatif yang diberikan yang membantu kami (pemerintah) menyelesaikan persoalan dan mempersiapkan masa depan ekonomi Indonesia.”
Adapun Sebastian Trzcinski-Clément, Head of Developer Relations and Startup Ecosystem in Asia, Africa, and the Middle East, Google mengatakan, “Industri startup sangatlah dinamis, di Indonesia saja, industri ini telah bertumbuh sangat pesat pada satu dekade belakangan ini. Akan tetapi, banyak dari startup-startup baru ini terlihat kebingungan dalam menjalankan bisnis mereka, karena tidak ada pedoman yang pasti mengenai bagaimana Anda harus menjalankan sebuah bisnis startup. Disinilah startup-hub seperti Digitaraya memainkan peran yang sangat penting untuk mendukung dan membantu para startup ini untuk mengembangkan bisnis mereka menggunakan berbagai cara seperti contohnya, Google’s launchpad playbook yang dapat memberikan pedoman dan platform networking yang sangat dibutuhkan.”