SOS Children’s Villages Indonesia Gandeng Para Mitra Dukung Perlindungan Anak & Pengasuhan Setara di Masa Pandemi
Pasardana.id – Pandemi COVID-19 telah mengubah banyak hal, seperti mobilitas masyarakat yang menjadi terbatas, pemutusan kerja di berbagai perusahaan, hingga perekonomian yang menjadi lesu.
Bagi dua kelompok rentan di dalam masyarakat, yaitu anak-anak dan perempuan, pandemi juga menjadi fenomena yang memiliki tantangan tersendiri.
Menurut Laporan bertajuk “Unlocking the Lockdown” yang berfokus pada efek gender dari pandemi, disebutkan bahwa perempuan menanggung sebagian besar beban pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar selama masa isolasi.
Pada laporan ini juga terlihat sekitar 66% perempuan di Asia Pasifik terdampak secara finansial.
Hal ini juga diikuti oleh peningkatan kekerasan dalam rumah tangga dan tingkat stress yang lebih tinggi.
Adapun kualitas pengasuhan anak di tengah krisis kesehatan, kini semakin dipengaruhi oleh tekanan ekonomi dan guncangan psikologis orang tua.
Menyikapi persoalan tersebut diatas, baru-baru ini, SOS Children’s Villages Indonesia, organisasi sosial yang aktif dalam mendukung hak-hak anak dan berkomitmen memberikan pengasuhan berkualitas kepada anak-anak yang telah atau berisiko kehilangan pengasuhan orang tua, mengadakan webinar bertajuk “Perlindungan Anak dan Pengasuhan Setara di Masa Pandemi”.
Dalam webinar ini dibahas pentingnya mempertahankan usaha perlindungan anak dan menjaga kualitas pengasuhan yang setara di masa pandemi, dengan menghadirkan empat narasumber, yaitu; Tri Lestari Dewi Saraswati selaku Child Rights & Child Protection Specialist dari SOS Children’s Villages Indonesia, Haryo Widodo sebagai Koordinator Aliansi Laki-Laki Baru Yogyakarta, Yunita Fransisca sebagai Pengelola Data dan Monev Keluarga Kita, juga Riyanti sebagai seorang Ibu – dampingan program Family Strengthening SOS Children’s Villages Indonesia.
“Kita semua ingin kekerasan di dalam keluarga berkurang. Hal ini dapat kita mulai dengan mengasah berperilaku adil terhadap setiap anggota keluarga. Dari awal doronglah anak-anak untuk dapat meningkatkan minat dan bakatnya tanpa membatasi ‘sesuai dengan gender’. Selain itu, orang tua dapat membuka ruang diskusi dengan anak. Masing-masing dapat menyampaikan apa yang disukai atau tidak disukai dan menyampaikan harapannya. Dengan membuka obrolan seperti ini, tiap anggota keluarga dapat mengerti dan berempati satu sama lain,” ujar Tri Lestari Dewi Saraswati selaku Child Rights & Child Protection Specialist dari SOS Children’s Villages Indonesia dalam keterangan pers, Jumat (11/12).
Adapun Yunita Fransisca sebagai Pengelola Data dan Monev Keluarga Kita menambahkan, “Kehadiran setiap orang (suami dan istri) dalam pengasuhan menjadi hal yang sangat penting. Orang tua perlu berbagi peran memberikan dampak yang besar pada kehidupan anak. Ketika ia terbiasa melihat dan merasakan orang tuanya hadir dalam pengasuhan, anak dapat menerapkan hal yang sama pada saat ia beranjak dewasa. Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi kecenderungan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.”
Di kesempatan yang sama, Haryo Widodo sebagai perwakilan bapak dari Aliansi Laki-laki Baru mengungkapkan tentang pentingnya peran pengasuhan setara bagi anak.
“Laki-laki sendiri memiliki beban terhadap norma-norma yang digaungkan selama ini. Tanggung jawab yang ditujukan pada kaum Adam memberikan tekanan dan memaksa laki-laki untuk memendam emosinya. Ketika hal ini terjadi, sering kali laki-laki jadi enggan ikut mengerjakan pekerjaan domestik dan pekerjaan domestik pun dibebankan pada perempuan. Padahal, penting bagi laki-laki untuk memiliki empati dan membuka ruang dialog bersama istri untuk saling memahami satu sama lain apabila ingin relasinya terbangun dengan sehat. Ketika suami merefleksikan bagaimana mereka terlibat dalam pekerjaan domestik, keluarga akan terasa lebih harmonis dan berdampak positif pada pengasuhan anak,” ungkapnya.
Sejalan dengan pemaparan dari para narasumber terkait dengan pengasuhan anak yang berkualitas di masa pandemi, area diskusi juga semakin meluas di para audiens yang hadir.
Ada yang ikut menanyakan masukan terkait apa yang harus dilakukan saat kita ingin marah ke anak, terutama di saat pandemi ini anak-anak selalu di rumah dan ada masanya ketika mereka melakukan hal-hal yang dilarang dan membuat orang tua marah.
Ternyata, ketiga pakar narasumber yang hadir sepakat bahwa marah itu boleh. Asal dilakukan dengan baik dan tepat, tanpa melibatkan kekerasan fisik dan verbal.
Orang tua juga perlu menyampaikan apa alasan dia untuk marah, karena seringkali anak tidak paham apa kesalahan yang telah dia perbuat.
Komunikasi antar orang tua dan anak menjadi penting dalam membangun hubungan yang baik dan terbuka.
Tidak hanya dengan anak, komunikasi juga harus terjalin secara terbuka antara suami dan istri untuk membangun pengasuhan yang baik bagi anak.
Adapun kegiatan webinar ini didukung oleh Travelio, Campaign.com, Yayasan Rangkul Keluarga Kita Berdaya, Aliansi Laki-laki Baru, Indorelawan dan media partner Mommies Daily, Women for Indonesia, Kumpulan Emak2 Blogger, Cerita Ibu Cerdas, serta diikuti oleh berbagai komunitas pegiat pengasuhan anak dan keluarga.
Kegiatan ini juga merupakan rangkaian dari Aksi Seminggu Berbagi dengan challenge #NoChildAlone – kerja sama SOS Children’s Villages Indonesia bersama campaign.com.
Masyarakat diajak untuk ikut membantu terciptanya kasih sayang bagi seluruh anak Indonesia, terutama untuk anak-anak yang telah/beresiko kehilangan pengasuhan orang tua. Dengan menggunggah foto dengan orang tersayang selama tujuh hari, sama dengan berdonasi untuk anak-anak Indonesia di dalam asuhan dan dampingan SOS Children’s Villages Indonesia.
Untuk dapat mengikuti program #NoChildAlone, silakan langsung kunjungi: campaign.com/nochildalone.
Tujuan dari program ini adalah untuk mengingatkan masyarakat bahwa setiap anak membutuhkan kasih sayang untuk dapat tumbuh kembang dengan baik – sama seperti kita yang mendapatkan kasih sayang dari keluarga sehingga menjadikan diri kita seperti sekarang ini.