Take a fresh look at your lifestyle.

Maesa Sinema Produksi & Trah Hamengkubuwono II Bakal Produksi FTV Berjudul ‘Pulung Gantung (Babad Giring)’

0 7,445
foto : istimewa

Jakartakita.com – Maesa Sinema Produksi bekerjasama dengan Trah Hamengkubuwono II akan memproduksi film dengan format Film & Televisi (FTV) pada tahun 2021 ini, yang berjudul “Pulung Gantung (Babad Giring)”.

FTV bergenre horor ini diangkat dari kisah nyata yang terjadi di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

“FTV Pulung Gantung menceritakan tentang seorang gadis bernama Ratna Anjani yang berasal dari luar Jawa. Ia tengah melakukan penelitian untuk tesisnya tentang banyaknya peristiwa bunuh diri yang terjadi di Gunung Kidul, Yogyakarta. Namun akhirnya terungkap, jika peristiwa gantung diri yang terjadi di Gunung Kidul, Yogyakarta berkaitan erat dengan Pulung Gantung yang sebelumnya ia anggap sebagai mitos belaka,” ungkap R. Fajar Bagoes Putranto selaku Eksekutif Produser dalam siaran pers, Minggu (03/1/2021).

“Pulung Gantung bukanlah mitos. Ada sejarah besar dibalik peristiwa Pulung Gantung di Gunung Kidul Yogyakarta. Dan, Pulung Gantung ini harus segera berakhir. Film ini juga akan membuka bagaimana cara menyudahi Pulung Gantung di Gunung Kidul, Yogyakarta,” sambungnya.

Lebih lanjut diungkapkan, melalui FTV ini akan terungkap sejarah tentang Pulung Gantung yang belum pernah terungkap.

Pulung Gantung ternyata memiliki kaitan dengan perjanjian Ki Ageng Giring dan iparnya, Ki Ageng Pamanahan dan disaksikan oleh Nyi Ageng Giring.

Kala itu, Ki Ageng Pemanahan meminum air kelapa milik Nyi Ageng Giring yang berisi Wahyu Keprabon, sesuatu yang mestinya dimiliki oleh Nyi Ageng Giring dan keturunannya untuk menjadi Raja di Jawa.

Related Posts
1 daripada 467

Namun, akhirnya wahyu keprabon berpindah tangan ke keturunan Ki Ageng Pamanahan.

Peristiwa itu membuat marah Nyi Ageng Giring. Ia lalu melakukan tapas dan menjalankan Kapalika Tantra yang meminta kepala manusia sebagai persembahannya.

Nyi Ageng Giring dalam kemarahannya akan mengambil kepala (umumnya laki-laki), menjelma menjadi Betari Durga dengan sepuluh tangan.
Menurut Fajar, film Pulung Gantung ini perlu diwujudkan, karena momentumnya adalah sekarang!

“Keberanian sejarah perlu dibuka. Film Pulung Gantung tidak hanya menyajikan hiburan melainkan dapat membuka sejarah yang hingga kini belum terungkap,” jelasnya lagi.

Asal tahu saja, setiap tahunnya, angka kematian dengan cara gantung diri masih terus terjadi di Gunung Kidul, Yogyakarta. Masyarakat setempat meyakini, jika peristiwa bunuh diri yang terus terjadi di daerah mereka karena adanya Pulung Gantung yang berbentuk bola api berekor. Jika Pulung Gantung berhenti di sebuah rumah, maka dipercaya akan ada salah satu anggota keluarga di rumah tersebut yang meninggal dunia dengan cara gantung diri.

Di kesempatan yang sama, Indra Tirtana selaku Sutradara sekaligus penulis skenario mengungkapkan bahwa, film ini dibuat untuk memberi pengetahuan yang benar kepada masyarakat, khususnya warga Gunung Kidul Yogyakarta, tentang keberadaan Pulung Gantung.

“Hidup kita sangat berkaitan erat dengan kehidupan para leluhur kita. Film ini dapat mengakhiri persoalan Pulung Gantung, sehingga daerah Gunung Kidul kembali menjadi daerah yang subur, makmur dan maju secara peradaban tentunya dengan kepemimpinan baru,” jelasnya.

Rencananya, film “Pulung Gantung” ini akan tayang di televisi nasional dan televisi berbayar.

“Tak tertutup juga kemungkinan untuk tayang di layar bioskop. Selain itu, film ini juga direncanakan akan diputar di negara Eropa dan Amerika,” tambah Indra Tirtana. (Edi Triyono

Tinggalkan komen