Take a fresh look at your lifestyle.

Sistem ‘Hybrid Integration Utilities’ Tawarkan Solusi Teknologi bagi Pelabuhan di Indonesia

0 7,599

Tiket Pesawat Murah Airy

foto : ilustrasi (ist)

Jakartakita.com – Di masa Pemerintahan Presiden RI, Joko Widodo, kuantitas dan kualitas infrastruktur kepelabuhan di seluruh Indonesia terus ditingkatkan.

Dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana pelabuhan yang baik, diharapkan akan mampu mendongkrak pemasukan bagi perekonomian Indonesia.

Menanggapi hal tersebut, pemerhati Pelabuhan dan Pelayaran dari WAM Consultant, R. Fajar Bagoes Poetranto menjelaskan, jika mengutip dari laporan World Bank 2016, rata-rata biaya logistik Indonesia selama tahun 2004-2011 mencapai 26,44% dari PDB.

Dari total biaya logistik tersebut, komponen biaya angkutan memberikan kontribusi terbesar (12,04% dari PDB).

Sedangkan komponen biaya administrasi memberikan kontribusi terendah (4,52 dari PDB), dan kontribusi persediaan berada diurutan menengah dengan 9,47% dari PDB.

“Besarnya komponen biaya logistik terhadap PDB nasional menunjukkan bahwa kinerja logistik Indonesia masih kurang menggairahkan, sehingga mempengaruhi kondisi perekonomian nasional,” jelas Bagoes di sebuah acara diskusi di Jakarta, Rabu (17/2).

Ditambahkan, laporan Studi Roadmap Maritim 4.0 IPB juga menunjukkan bahwa biaya logistik yang tinggi terjadi akibat dari biaya transaksi yang muncul dari pelabuhan kontainer.

Biaya transaksi tersebut, meliputi; biaya dokumen, fee administrasi untuk custom clearance dan technical control, fee untuk custom broker, charges untuk terminal handling, dan transportasi darat.

Meski demikian, lanjut Bagoes, Kementerian Perhubungan melalui Ditjen Perhubungan Laut telah melansir program untuk memperbaiki permasalahan tersebut.

Program yang dilaksanakan, diantaranya; dengan mengoptimalkan peningkatan sistem layanan angkutan laut dalam negeri melalui teknologi informasi, seperti sistem inaportnet dan layanan e-ticketing, mengembangkan sistem informasi pelabuhan, penguatan dan integrasi sistem informasi perhubungan laut.

Adapun sistem yang telah berjalan adalah aplikasi Informasi Muat Ruang Kapal (IMRK) dan inaportnet untuk memudahkan pelaku usaha dan pemilik barang bisa mengetahui ruang kapal yang tersedia di kapal tol laut sesuai jadwal kapal tol laut. 

Related Posts
1 daripada 3,563

Kemudian ada Logistic Communication System (ILC) yang dapat memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi jadwal kapal, posisi tracking kapal, ketersediaan container, shipping order, manifest dan biaya pengiriman, data statistik pengiriman muatan berangkat dan balik, sampai dengan harga jual barang kebutuhan pokok dan penting.

Meski demikian, praktiknya sering kali terjadi kendala kendati sudah online, dimana proses penyandaran kapal di sebuah pelabuhan yang sudah menerapkan inaportnet tetap memerlukan tatap muka untuk membahas rencana kedatangan kapal dengan melibatkan Syahbandar, karantina dan sebagainya.

Hal ini diperunyam, penerapan Indonesia National Single Window, masih dihadapkan pada kenyataan tidak seluruh instansi pemerintah yang terkait dengan proses pengurusan dokumen barang terintegrasi di dalamnya.

Lebih lanjut, Wam Consultant juga memperhatikan kurangnya integrasi antar instansi keuangan, perdagangan dan perhubungan. Hasilnya, platform teknologi informasi yang berada di bawah naungan mereka, saling bersaing satu sama lain.

Sementara itu, jika memperhatikan perkembangan smartport saat ini yang tidak saja berkutat persoalan Internet of Things (IoT) dan green port, pelabuhan maju dunia seperti di China sudah mengarah ke sistem blockhain dan big data.

Asal tahu saja, China Merchant Port Grup (CMP) menggandeng Alibaba Grup, membangun platform blockchain untuk mendukung pelabuhan yang lebih efisien, serta meningkatkan pendapatan.

“Oleh sebab itu, kami menggagas solusi bagi pelabuhan di Indonesia, untuk membuat sistem terintegrasi, yang memiliki visi meningkatkan efisiensi kinerja pelabuhan yang dikembangkan oleh anak bangsa,” kata Bagoes.

Sistem ini, jelas dia, dinamakan dengan HIU (Hybrid Integration Utilities). Sesuai dengan situasi pengembangan sistem pelabuhan di Indonesia, penggunaan kata Hybrid Integration melambangkan proses inovasi yang akan dilakukan antara sistem yang existing dengan sistem yang akan dikembangkan.

“Pengembangan Terminal Operating System diharapkan dapat mengorganisir Buffer Zone, mempercepat traffic proses Loading dan Discharging, dan menurunkan margin of error. Selain memajukan inovasi dan juga teknologi dari pelabuhan di Indonesia, kami percaya, hal ini dapat menjadi karya kebanggaan dan menjadi aset vital dalam perekonomian Indonesia,” jelasnya lagi.

Lebih rinci diungkapkan, tahap pertama yang akan dilakukan dalam pengembangan sistem terintegrasi ini, dengan melakukan adaptasi pola operasional. Baik dari pengondisian sumber data dari manual menjadi otomatis, hingga pengembangan sumber daya yang disesuaikan untuk mengadaptasi digitalisasi data.

Dilanjutkan oleh tahap kedua, yang masuk pada tahap implementasi dan integrasi teknologi terhadap sistem operasional pelabuhan.

Sementara itu, di kesempatan yang sama, Ade Alfian sebagai pemerhati IT Telecomunication mengatakan, transformasi digital untuk smart port di pelabuhan ini dikhususkan untuk port-port di Indonesia.

“Dengan adanya sistem Artificial Intelijen (AI) atau transformasi digital ini, tentunya pelayanan di pelabuhan menjadi lebih mudah dan cepat, serta lebih efisien dan hemat. Dengan sistem yang ada, juga resikonya harusnya bisa lebih transparan. Dari sistem digital ini, harusnya cost bisa murah, hemat dan mengurangi resiko,” tandasnya. (Edi Triyono)

Tinggalkan komen