Take a fresh look at your lifestyle.

Survei FICO: Konsumen Indonesia Tidak Puas dengan Penawaran Kredit yang Bersifat Generik dari Bank

0 2,463
foto : ilustrasi (ist)

Jakartakita.com – Survei terbaru dari perusahaan global yang menyediakan perangkat lunak analisis, FICO, mengungkapkan, sebanyak 72% konsumen Indonesia tidak puas dengan penawaran kredit yang bersifat generik dari bank. 

Menurut survei ini, ambivalensi konsumen semakin mencuat terhadap solusi-solusi pembiayaan yang lazim ditemuinya.

Responden di Indonesia juga menunjukkan sikap apatis atas penawaran standar tersebut.   

Sedangkan konsumen di Asia Pasifik menunjukkan ketidakpuasan mereka ketika memakai produk-produk pembiayaan baru.

Sebanyak 34% konsumen berkata bahwa mereka sama sekali tidak ditawari insentif menarik (suku bunga yang lebih terjangkau, hadiah), sementara, 31% konsumen menilai bahwa pihak bank tidak menawarkan produk terbaik seperti permintaan mereka, dan 28% konsumen berkata bahwa pihak bank tidak menawarkan produk tambahan apa pun yang sesuai dengan keinginan mereka.

Sebaliknya, ketika bank mengajukan penawaran yang telah dipersonalisasi, reaksi konsumen sangat positif. 

Sebanyak 71% konsumen Indonesia bersikap positif atas program penawaran kredit yang mempertimbangkan kondisi keuangan pribadi mereka.  

“Bank yang ingin merebut perhatian konsumen harus mengubah seluruh proses penyaluran kredit, terutama dalam konteks personalisasi,” kata Aashish Sharma, Senior Director, Decision Management Solutions, Asia Pasifik, FICO dalam keterangan pers yang dilansir Kamis (17/6).

“Para responden tak memiliki kesan positif atas bank-bank yang tidak mengenali kondisi mereka atau tidak bisa mengantisipasi kebutuhannya. Perusahaan-perusahaan media sosial sukses menayangkan iklan yang tepat sasaran bagi audiens. Hasilnya, interaksi dan kinerja iklan pun meningkat. Bank harus belajar melakukan hal serupa agar nasabah lebih terbuka dengan produk dan layanan baru,” lanjutnya.

Konsumen siap menerima inovasi harga

Bank bisa mempererat hubungan dengan nasabah dan membangun loyalitas pelanggan dengan menawarkan tingkat bunga yang lebih menarik dan biaya yang lebih terjangkau demi memperoleh informasi finansial nasabah.

Banyak bank di Indonesia tidak memiliki strategi penetapan harga (pricing) yang komprehensif dan sejalan dengan strategi bisnis bank secara keseluruhan. Namun, nasabah sangat ingin menerima penawaran dari bank yang mengutamakan hubungan konsumen.

Related Posts
1 daripada 3,725

Menurut survei ini, dua dari lima konsumen Indonesia sangat ingin membagikan data finansial pribadinya demi memperoleh penawaran harga yang menarik, sementara, dua dari lima konsumen Indonesia tak terlalu ingin melakukan hal serupa.

“Konsumen telah terbiasa memperoleh penawaran harga yang inovatif dari maskapai penerbangan, layanan ride sharing, dan perusahaan asuransi. Dalam konteks ini, bank masih ketinggalan jauh,” ujar Sharma.

“Bank bisa meninggalkan strategi penawaran harga berdasarkan satu produk, dan melakukan cross-selling yang lebih baik serta memperluas jangkauan produknya. Hingga kini, bank masih bertahan dengan strategi lama ini karena nasabah harus membayar ongkos yang mahal ketika beralih ke bank kompetitor. Meski demikian, di tengah persaingan sengit dan tren regulasi menuju perbankan terbuka, kami menilai hal tersebut segera berubah drastis dalam tiga tahun mendatang,” ungkapnya lagi.

Ekspektasi konsumen terus bertambah

Selain penawaran kredit yang telah dipersonalisasi dan inovasi penawaran harga, survei FICO juga memperlihatkan keinginan konsumen untuk memperoleh pembiayaan dengan segera.

Transaksi yang bersifat real-time pada platform lain telah mendorong ekspektasi serupa di kalangan nasabah bank.

Sebagian besar konsumen Indonesia yang disurvei (36%) ingin memperoleh dana pinjaman dalam tempo satu minggu, sedangkan, 34% konsumen ingin memperolehnya dalam satu hari, dan 28% konsumen dalam hitungan jam.

“Temuan ini sejalan dengan tren personalisasi yang kian berkembang, dan bank harus mempertimbangkan perjalanan pelanggan secara terpadu,” lanjut Sharma.

Adapun platform FICO membantu bank agar sukses menjalankan berbagai proyek transformasi digital. Berkat platform ini, bank dapat mengatasi kendala, dan memperoleh solusi-solusi luar biasa, seperti; Strategy Director, Xpress Optimization dan Origination Manager.

“Bank memahami bahwa kecepatan pemasaran dan fitur penawaran harga saja tidak cukup menjadi modal untuk bersaing secara efektif di sektor pembiayaan ritel masa kini. Nilai tambah terbesar harus berpusat pada produk-produk yang dirancang sesuai kebutuhan nasabah,” jelas Sharma. 

Survei FICO yang bertajuk “Advancing New Experiences in Digital Banking” tersebut berlangsung pada Desember 2020.

Survei ini memakai kuesioner kuantitatif lewat internet yang melibatkan 5.000 konsumen di 10 negara dan wilayah.

Adapun survei ini dilaksanakan sebuah perusahaan riset independen yang ditunjuk FICO. Sejumlah negara dan wilayah yang disurvei FICO adalah Australia, Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.

Tinggalkan komen