JEC Eye Talks Bahas Situasi Penyakit Diabetes Terkini dan Dampaknya Pada Organ Mata
Jakartakita.com – Menurut data terbaru International Diabetes Federation (IDF) (2021), ada sekitar 19,46 juta orang di Indonesia mengidap diabetes. Atau terjadi peningkatan sebesar 81,8 persen dibandingkan jumlah pada 2019.
Angka tersebut memposisikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah pengidap diabetes tertinggi kelima di dunia (setelah China, India, Pakistan dan Amerika Serikat).
Bahkan, Indonesia menjadi satu-satunya di Asia Tenggara yang masuk ke dalam 10 besar negara dengan kasus terbanyak.
Dalam rangkan memperingati World Diabetes Day 2021 (yang jatuh setiap tanggal 14 November), eye care leader di Indonesia, JEC Eye Hospitals & Clinics kembali menggelar sesi diskusi seputar kesehatan mata: JEC Eye Talks, dengan melibatkan dokter-dokter ahli JEC bersama para media, untuk membahas situasi diabetes terkini, penatalaksanaan penanganan secara tepat, serta risiko penyakit kronis lain yang menyertai, khususnya pada organ mata.
Sejalan dengan tema global peringatan: “Access to Diabetes Care”, JEC juga memperkenalkan kembali layanan penanganan diabetes terpadu, Diabetes Education & Care, dalam acara yang digelar virtual, Selasa (16/11).
“Di luar angka itu, diperkirakan lebih banyak lagi masyarakat yang tak menyadari telah terjangkit penyakit ini. Jika diabetes terdeteksi lebih awal, kemungkinan keberhasilan penanganannya akan lebih besar. Utamanya, guna mencegah komplikasi lebih lanjut. Artinya, kebutuhan untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh sudah sangat mendesak. Harus segera dilakukan, tanpa perlu menunggu gejala diabetes muncul terlebih dahulu; termasuk bagi kalangan umum yang tidak memiliki riwayat keluarga mengidap diabetes,” ungkap Dr. Bhanu Kumar, BMedSc, SpPD Internist Specialist JEC Eye Hospitals and Clinics.
“Penanganan terhadap pengidap diabetes bukan hanya berfokus pada menjaga kadar gula, tetapi juga mencakup lima pilar penatalaksanaan yang harus terimplementasi dengan disiplin. Fasilitas kesehatan yang mampu memberikan penanganan diabetes secara terpadu menjadi kunci. Sebab, pengidap diabetes memerlukan terapi harian, pemantauan gula darah secara rutin, serta pola hidup sehat. Tanpa itu, dikhawatirkan diabetes yang bersifat kronis akan memicu komplikasi penyakit yang lebih gawat, seperti stroke dan serangan jantung. Tak terkecuali, gangguan mata yang bisa berujung kebutaan,” lanjut Dr. Bhanu Kumar.
Juga dijelaskan, tatalaksana diabetes terbagi ke dalam lima pilar utama.
Pertama, pengaturan pola makan yang meliputi kandungan, kuantitas dan waktu asupan (3J – Jenis, Jumlah dan Jadwal).
Kedua, aktivitas fisik sesuai kemampuan tubuh selama 30 menit sehari atau 150 menit per pekan.
Ketiga, terapi farmakologi, seperti pemberian obat atau injeksi insulin, berdasarkan anjuran dokter.
Keempat, edukasi terus menerus kepada pengidap diabetes, keluarga yang terlibat (termasuk masyarakat secara umum) mengenai gaya hidup sehat, sampai cara konsumsi obat, hingga penanda komplikasi dan kegawatdaruratan.
Kelima, pemantauan glukosa daraholeh dokter,baik lewat laboratorium, ataupun dengan cara Sel Monitoring Blood Glucose (SMBG)/Pemantauan Gula Darah Mandiri oleh pasien di rumah.
Memahami kronisnya penyakit ini sekaligus kegawatannya, JEC mengambil langkah antisipatif dengan menggagas JEC Diabetes Education & Care yang mengedepankan penatalaksanaan lima pilar di atas.
Menurut Dr. Referano Agustiawan, SpM(K) selaku Direktur Utama RS Mata JEC@Kedoya, Vitreo-Retina, Cataract Specialist JEC Eye Hospitals and Clinics, JEC Diabetes Education & Care menghadirkan layanan diabetes terpadu yang komprehensif; meliputi sentra konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam subspesialis endokrin, pusat konsultasi dan edukasi gizi dengan edukator diabetes, serta diperkuat teknologi yang lengkap, seperti laboratorium, serta fasilitas foot care bagi pengidap diabetes yang lebih parah.
“Diabetes merupakan penyakit pembuluh darah yang dapat mempengaruhi seluruh organ tubuh. Salah satunya mata, lebih spesifik lagi pada bagian retina yang terdiri dari banyak pembuluh darah. Pengidap diabetes berisiko mengalami kebutaan 25 kali lebih tinggi dibandingkan kalangan yang tidak mengidapnya. Ini semakin menegaskan bahwa penanganan diabetes harus berlangsung teratur dan terus menerus. Terlebih bagi pengidap diabetes yang sudah mengalami gangguan penglihatan,” jelas Dr. Referano Agustiawan, SpM(K).
Lebih lanjut diungkapkan, sebagai bagian terintegrasi JEC Eye Hospitals and Clinics, layanan Diabetes Education & Care memberikan keunggulan lebih dalam pendampingan para pengidap diabetes.
Ditambahkan, dampak diabetes berupa gangguan penglihatan bisa teridentifikasi lebih dini guna menghindarkan risiko kebutaan.
Alternatif tindakan penanganan pada gangguan mata level berat juga berlandas pada expertise para ahli JEC Eye Hospitals and Clinics yang tepercaya.
Salah satunya, untuk pengobatan retinopati diabetik, JEC menawarkan langkah tindakan yang beragam (sesuai keparahan penyakit). Mulai pemantauan oleh internist dan nutritionist untuk pengendalian kadar gula darah, tekanan darah dan kolesterol; sampai tindakan laser hingga injeksi bola mata dan operasi vitrektomi. (Rully)