Semarak Pekan Raya Pariwisata Tahun Ini, Inklusivitas Jadi Harga Mati
Jakartakita.com – TelusuRI berkolaborasi dengan Women Tourism in Indonesia menyelenggarakan Pekan Raya Pariwisata: Siapa Saja pada tanggal 24–27 September 2022 untuk menyambut Hari Pariwisata Dunia.
Kegiatan tahunan ini merupakan kali ketiga terselenggara, setelah sebelumnya berhasil membawa tema Mau Kemana? (2020) dan Perjalanan Selanjutnya (2021) yang fokus pada virtual tour dan UMKM di Indonesia.
Dwita Nugrahanti, Project Manager TelusuRI menjelaskan, pasca menentukan tujuan dan memulai perjalanan, tahun ini Pekan Raya Pariwisata mengusung pembahasan terkait inklusivitas demi membuka percakapan yang lebih dalam, terkait kelompok yang masih sering termarjinalkan dalam dunia pariwisata.
“Bahwa urgensi pengembangan pariwisata inklusif yang ramah bagi siapa saja tidak lepas dari pemenuhan hak asasi manusia. Kami menyadari kalau pengembangan pariwisata harus didasarkan pada satu prinsip universal, yakni pariwisata adalah hak sosial mendasar bagi setiap manusia. Maka aksesibilitas terhadap peralatan, sumber daya, dan layanan wisata sudah sepatutnya turut memfasilitasi semua orang termasuk kelompok disabilitas,” paparnya, seperti dilansir dalam keterangan pers, Rabu (28/9).
Namun, lanjut dia, faktanya di lapangan menunjukkan aksesibilitas dan fasilitas pelayanan umum industri pariwisata masih kurang memadai.
Misalnya, fasilitas umum seperti toilet, parkir, dan jalanan yang kebanyakan belum memberikan kenyamanan bagi orang dengan disabilitas.
Padahal Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, hingga 2020 terdapat 22,5 juta orang dengan disabilitas di Indonesia.
“Selain itu, ada pula mereka yang perlu lebih dihargai keberadaannya. Seperti orang dewasa yang lebih tua, perempuan dalam keadaan hamil, dan orang yang memang memiliki mobilitas terbatas untuk sementara. Begitu pula dengan orang-orang dengan identitas suku, ras, agama, gender, dan budaya berbeda,” sambung Natasya Indah, selaku Director of Operation Women Tourism in Indonesia.
Secara keseluruhan, Pekan Raya Pariwisata: Siapa Saja meliputi empat rangkaian kegiatan.
Pertama, diawali dengan agenda gallery visit ke R.J. Katamsi ISI Yogyakarta bersama teman-teman disabilitas dari Yayasan Jogja Disability Arts.
Selanjutnya, terdapat lokakarya kepenulisan bertajuk “Sekolah TelusuRI: Inklusif Gender dalam Pariwisata” yang dimentori langsung oleh Nurdiyansah Dalidjo, penulis buku Rumah di Tanah Rempah.
Ada pula sesi Live Instagram dengan Irfan Toni Herlambang (Asia Digital Manager 350.org) untuk mengupas dampak perubahan iklim bagi perempuan di industri pariwisata.
Terakhir, kegiatan ditutup webinar bertema “Mengarusutamakan Pariwisata Indonesia yang Ramah Gender dan Disabilitas”.
Kegiatan ini diharapkan menjadi momentum yang dapat meningkatkan wawasan kritis masyarakat, khususnya pelaku pariwisata untuk lebih peduli pada penyediaan fasilitas maupun aspek kenyamanan bagi orang dengan disabilitas maupun ragam identitas lainnya.
Hal serupa disampaikan oleh Ferena Debineva, Founder Support Group and Resource Center on Sexuality Studies Universitas Indonesia, dalam sesi webinar Pekan Raya Pariwisata: Siapa Saja, Selasa (27/9).
“Penting bagi industri untuk secara terbuka dan berbesar hati melihat bahwa penyediaan sarana fisik dan non-fisik di suatu destinasi wisata untuk disabilitas maupun orang berbeda identitas adalah investasi jangka panjang,” jelasnya.
Dengan demikian, lingkungan pariwisata yang inklusif dapat tercapai sesuai dengan nilai-nilai Sustainable Development Goals (SDGs) dengan bertujuan pembangunan berkelanjutan untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat, bukan hanya di Indonesia namun juga dunia.