Kunjungan Presiden Jokowi ke China dan Riyadh, Berkacalah pada Thailand
Jakartakita.com – Kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke China untuk menghadiri Belt and Road International Cooperation ke-3 dan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping serta ke Riyadh, Arab Saudi untuk melakukan pertemuan dengan putera mahkota Arab Saudi dan memimpin KTT pertama ASEAN-Gulf Cooperation Organization (GCC) diharapkan mampu menggali potensi foreign direct investment.
“Dalam konteks pemanfaatan investasi asing, Thailand merupakan role model yang baik bagi negara-negara ASEAN dalam memanfaatkan potensi foreign direct investment di negaranya.
Hal ini terlihat dari realisasi investasi di Thailand pada tahun 2022 mencapai 20 miliar dolar AS atau naik 39 persen dari tahun sebelumnya,” ujar Pakar Hukum Bisnis dan Perdagangan Internasional Prof Ariawan Gunadi di Jakarta, Rabu (18/10).
Lebih lanjut Ariawan mengatakan Indonesia dengan tingkat perekonomian yang lebih tinggi dari Thailand tidak boleh kalah dalam memaksimalkan potensi foreign direct investment. Mengingat keragaman dan jumlah sumber daya alam yang melimpah yang dimiliki menjadikan Indonesia sebagai salah satu surga investasi bagi investor asing. “Pemerintah Indonesia harus terus berfokus pada hilirisasi sektor industri untuk komoditas-komoditas seperti nikel, tembaga, dan timah, sektor kesehatan, sektor ketahanan pangan, dan pembangunan IKN,” lanjut Ariawan.
Menurut Guru Besar Universitas Tarumanegara ini, dengan mengintegrasikan sumber daya, teknologi, dan kemampuan industri dalam negeri, maka dapat Indonesia dapat memperluas lapangan pekerjaan dan memaksimalkan penggunaan investasi asing dengan lebih efisien agar menjadi negara yang semakin tangguh di kancah global.
Seperti diketahui Presiden Jokowi akan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden China Xi Jinping.
Selain itu, Presiden Jokowi akan mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Cina, Li Qiang dan Ketua Parlemen Cina, Zhao Leji. Pertemuan ini dirancang untuk membahas berbagai isu prioritas yang memiliki dampak signifikan bagi hubungan antara Indonesia dan Cina. Beberapa isu utama yang akan dibicarakan termasuk peningkatan ekspor produk Indonesia ke Cina, upaya untuk meningkatkan investasi Cina di Indonesia, dan bagaimana kedua negara dapat bekerja sama dalam mengembangkan ketahanan pangan, yang menjadi isu yang semakin penting di tengah dinamika global.
Dalam kunjungan ke China, Pemerintah Indonesia telah menyepakati dna melakukan penandatanganan 11 dokumen, dimana di dalamnya termasuk kerja sama yang total nilainya mencapai US$12,6 miliar, atau setara Rp197,9 triliun. Adapun kerja sama tersebut dilakukan dalam rangka memperkuat pengembangan industri baterai listrik, energi hijau, dan teknologi kesehatan.
Sementara dalam kunjungannya ke Arab Saudi, Presiden Jokowi juga akan membahas sejumlah isu prioritas di antaranya terkait dengan masalah ekonomi dan investasi, penjaminan produk halal, energi, dan pembentukan dewan koordinasi tertinggi bersama dengan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman. Selain itu, Presiden Jokowi juga akan memimpin KTT ke-1 ASEAN-GCC (Gulf Cooperation Council) terlebih dahulu sebelum kembali ke Indonesia pada tanggal 21 Oktober 2023. (Edi Triyono)