Take a fresh look at your lifestyle.

Forum Wartawan ESDM Gelar Diskusi “Menelisik Prospek Energi 2024, Gurih atau Hambar”

0 1,406

Tiket Pesawat Murah Airy

Jakartakita.com – Seiring dengan semangat untuk memberitakan energi di tengah arus transisi energi yang terjadi di dunia saat ini, Forum Wartawan Energi dan Sumber Daya Mineral (FWESDM) mengajak sejumlah nara sumber mumpuni untuk berdiskusi.

Sejalan dengan peringatan Hari Pertambangan dan Energi (HPE) ke-78 tahun 2023, FWSDM akan menyelenggarakan serangkaian acara FWESDM – ENERGY DAY 2023.

Dengan mengambil tema “Menelisik Prospek Energi 2024, Gurih atau Hambar?”, sebuah perhelatan digelar FWESDM hari ini, Rabu 25 Oktober 2023, secara hybrid di Chubb Square Plaza UOB, Jakarta Pusat 10230 & Live Streaming di Channel YouTube Oksmedia.

Foto: Jakartakita.com/Edi Triyono

“Kegiatan ini merupakan upaya nyata merawat optimisme sekaligus menentukan langkah dan strategi dalam mengakselerasi bisnis. Sehingga, industri energi berikut subsektor terkait mampu berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2024,” ucap Ketua Forum Wartawan ESDM Sigit Nugroho, Rabu (25/10/2023).

Sigit memaparkan, diskusi ini dibuka oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Tutuka Ariadji mewakili Menteri ESDM. Kemudian dilanjutkan pemaparan materi oleh Director Health Of Safety & Environment PT Trimegah Bangun Persada Tbk (Harita Nikel), Tonny Gultom; pemaparan Materi oleh Sekretaris Perusahaan PLN Energi Primer Indonesia, Mamit Setiawan; pemaparan Materi oleh Division Head Corporate Planning PT PGN Tbk, Heru Indriatno; pemaparan Materi oleh Corporate Secretary Pertamina NRE, Dicky Septriadi; dan pemaparan Materi oleh Ketua Asosiasi Pemasok Energi dan Batu Bara, Anggawira.

Related Posts
1 daripada 6,660

Sigit menjelaskan, tidak ada seorangpun bisa meramalkan secara pasti apa yang akan terjadi dalam bidang energi namun di tahun 2024 setidaknya terdapat beberapa hal menarik untuk dijadikan sebagai fokus pembahasan.

Pertama, kemungkinan besar, penggunaan energi terbarukan seperti energi surya, angin, hidro, dan geotermal akan terus meningkat di seluruh dunia. Hal ini didorong oleh penurunan biaya teknologi energi terbarukan serta peningkatan kesadaran tentang dampak negatif penggunaan bahan bakar fosil terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Kedua, regulasi dan kebijakan energi yang lebih ketat: Ada kemungkinan bahwa pemerintah dan lembaga-lembaga internasional akan memperketat regulasi dan kebijakan terkait energi di tahun 2024. Hal ini dapat berdampak pada industri energi secara keseluruhan, termasuk penggunaan bahan bakar fosil dan pengembangan energi terbarukan.

Ketiga, peningkatan investasi di sektor energi terbarukan. Seiring dengan peningkatan penggunaan energi terbarukan, diperkirakan akan terjadi peningkatan investasi di sektor ini. Hal ini dapat mencakup investasi di bidang teknologi energi terbarukan, pengembangan infrastruktur yang dibutuhkan untuk menghasilkan dan mendistribusikan energi terbarukan, dan sektor lainnya yang terkait dengan energi terbarukan.

Keempat, peran teknologi dalam mempercepat peralihan ke energi terbarukan. Teknologi dapat memainkan peran penting dalam mempercepat peralihan ke energi terbarukan. Contohnya, penggunaan teknologi grid yang lebih cerdas dan efisien, pengembangan baterai dan sistem penyimpanan energi yang lebih murah dan efisien, serta penggunaan teknologi blockchain untuk memfasilitasi perdagangan energi terbarukan.

Kelima, peningkatan akses terhadap energi di negara berkembang. Meskipun banyak negara berkembang sudah mulai mengadopsi teknologi energi terbarukan, masih banyak yang mengalami kendala dalam memperoleh akses terhadap energi yang cukup dan terjangkau. Oleh karena itu, diharapkan ada upaya untuk meningkatkan akses terhadap energi di negara-negara berkembang di tahun 2024 dan selanjutnya.

“Setiap negara memiliki sistem berbeda sesuai dengan hasil pemilihan umum yang mempengaruhi komposisi pemerintahan di masa depan. Oleh karena itu, siapa pun yang menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada tahun 2024 akan sangat tergantung pada konteks politik dan kebijakan negara pada saat itu,” pungkas Sigit. (Edi Triyono)

Tinggalkan komen