Take a fresh look at your lifestyle.

Bioskop Tertua di Jakarta

0 5,046

Tiket Pesawat Murah Airy

bioskopJakartakita.com : Sejak zaman penjajahan Belanda, Jakarta merupakan kota metropolitan yang menjadi denyut nadi kehidupan perkotaan Hindia-Belanda. Pembangunan di kota Jakarta yang dahulu bernama Batavia melampaui pembangunan di kota-kota lainnya di Indonesia. Salah satu yang menjadi daya tarik kota Batavia tempo dulu adalah bioskop.

Adalah seorang Belanda bernama Talbot yang pertama kali mengusahakan bioskop keliling. Bioskop keliling yang berupa kotak dari gedek dan beratapkan seng itu biasa mangkal di kawasan Lapangan Gambir (kini Monas). Setelah pertunjukan usai, Talbot biasa membawanya berkeliling ke kota lain.

Baru pada Desember 1900 seorang Belanda bernama Schwarz mendirikan bioskop pertama di Indonesia, di Jl Tanah Abang I, Jakarta Pusat, dengan harga karcis kelas I harganya dua gulden (perak) sedangkan kelas dua setengah perak. Setelah gedung bioskop itu terbakar, bioskop pindah di kawasan Pasar Baru.

Seorang Belanda yang lain bernama De Calonne pun ikut mengusahakan bioskop di lapangan terbuka dengan nama Deca Park. Bioskop ini mirip konsep ‘misbar’ gerimis bubar atau layar tancap. Kemudian De Calonne mendirikan gedung bioskop Capitol di kawasan Pintu Air. Bioskop ini dahulu merupakan salah satu tempat ekslusif, karena Bioskop Capitol hanhya diperuntukkan bagi orang Belanda, pejabat pribumi dan anggota ‘Volksraad’ saja.

Related Posts
1 daripada 41

Sekitar tahun 1940-an mulai bermunculanlah bioskop-bioskop lain di Jakarta, seperti; Bioskop Elite di Pintu Air, Rex di Kramat Bunder, Orion di Glodok, Oost Java di Jl. Veteran, Rembrandt di Pintu Air, Widjaja di Jalan Tongkol/Pasar Ikan, dan lain-lain.

Pada masa itu, film masih berupa video bisu alias tanpa suara. Biasanya bioskop memutar musik yang jarang sekali ‘nyambung’ dengan film yang diputar. Salah satu film favorit pada masa itu adalah film-film bisu yang dibintangi oleh Charlie Chaplin.

Bioskop Oost Java yang terletak di Jalan Veteran, dahulu pernah digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Kongres Pemuda II. Dalam kongres inilah W.R Supratman dengan biolanya memperkenalkan lagu “Indonesia Raya” untuk pertama kalinya.

Kini bioskop-bioskop tua itu hanya tinggal kenangan, tidak ada lagi yang tersisa kecuali catatan sejarahnya. (Risma/berbagai sumber)

Tinggalkan komen