Tak Ada Jalan Pintas Menuju Surga
Empat tahun belakangan, salah seorang sahabat saya sering curhat soal tetangganya yang istimewa. Saking istimewanya sang tetangga sebut saja Bu Zalim, sampai-sampai sahabat saya sering menangis dan beberapa kali terbersit ingin pindah saja dari kompleks perumahan itu.
Loh kok bisa?
Bu Zalim yang punya rumah paling mentereng di kompleknya ini punya tabiat yang buruk. Suka marah-marah tanpa alasan, memfitnah, adu domba, judes, suka menuduh sembarangan, dan lain-lain.
Sebetulnya bukan hanya sahabat saya yang jadi korban kezaliman sang tetangga yang unik ini. Seluruh tetangga komplek pun tahu persis tabiat bu Zalim sekeluarga yang aneh dan kasar. Rasanya tiada hari tanpa membuat ulah. Selalu saja ada keributan yang dibuat si tetangga unik ini dengan orang lain.
Entah mengapa Bu Zalim ini paling senewen dengan sahabat saya ini, sebut saja Mawar. Mawar ibu dua anak, sosok supel yang disukai banyak orang. Bukan orang kaya, juga bukan orang yang tak punya. Sederhana dan tak bisa dibandingkan dengan si tetangga yang kaya raya ini.
Mungkin yang paling membuat Bu Zalim sebal dengan Mawar adalah sikap Mawar yang ‘nrimo’ dan tak menggubris ulah Bu Zalim yang sering kali keterlaluan. Kalau tetangga lain memilih melawan dengan kata-kata yang tak kalah pedas, Mawar sahabat saya tetap stay cool. Walau dia sering menangis di rumah. Suaminya selalu membesarkan hatinya agar tetap ‘waras’ menghadapi tetangga yang ‘gila’.
Saya pun sering ikut emosi setiap kali mendengar cerita Mawar. Namun, saya pun berpikir lebih baik jangan ikut-ikutan gila. Akhirnya Mawar pun pilih tetap waras. Inilah yang semakin membuat Bu Zalim dan keluarganya gusar. Bencinya gak ketulungan. Fitnah tak mempan, karena tetangga lain males berhubungan dengan Bu zalim dan keluarganya. Bu Zalim pun menempuh jalan licik lainnya, puncaknya Bu Zalim malas menyapa atau hadir di perkumpulan yang ada Mawar-nya.
Bertahun-tahun dizalimi oleh Bu Zalim. Sahabat saya sudah kebal. Bahkan setahun belakangan Mawar sudah jarang curhat soal tetangganya itu. Dia tidak ambil pusing.
Kata dia, “terserah! Emang gue pikirin”.
Tiba-tiba beberapa minggu lalu Bu Zalim meninggal dunia. Tanpa diminta, para tetangga yang pernah tersakiti pun datang melayat.
Saat hendak memandikan jenazah, tiba-tiba air di rumah Bu zalim mati total. Pihak keluarga pun otomatis meminta air dari tetangga sekitar. Dan tiba-tiba saja saat akan digunakan airnya langsung butek dan berbau, padahal biasanya bersih.
Akhirnya, pihak keluarga meminta air ke rumah Mawar. Ajaib! Airnya menyala deras dan bersih. Terpaksa mereka menggunakan air dari tetangga yang paling dibenci almarhumah dan keluarga. Alhasil itu jadi pergunjingan orang se-RW. Maklum hampir semua orang tahu persis perseteruan antara almarhumah dan Mawar sahabat saya. Kok bisa???
Dan masih banyak keanehan lain menjelang almarhumah dikuburkan yang seperti mengisyaratkan almarhumah menyesal seumur hidup sudah menzalimi Mawar sahabat saya, tapi belum sempat minta maaf. Wallahualam bisshawab!
FYI, almarhumah berhijab syari dan aktif di pengajian. Namun sayang dia lupa bahwa dalam Islam tidak hanya hubungan dengan Allah (Habluminallah) yang harus dibina tetapi juga hubungan dengan sesama manusia (Hablumminannas). Bahkan juga harus baik dengan makhluk hidup lainnya.
Tidak akan masuk surga seseorang kalau tidak bisa menjaga hubungan baik dengan Allah, manusia dan makhluk hidup lainnya. Memang susah masuk surga itu.
There is long road to heaven! Tidak ada jalan pintas menuju surga!
Makanya saya memaklumi kalau ada segelintir oknum muslim yang bisa dengan gampangnya terbuai iming-iming jalan pintas menuju surga melalui definisi jihad yang salah.
Mungkin si perekrut para teroris berkata pada calon ‘pengantin’-nya,”daripada capek-capek solat, ngaji, puasa, zakat, haji, dll seumur hidup belum tentu masuk surga mending jihad”.
Lah emang jihad itu artinya apa?
Bagi yang belum tahu kalau orang yang mati karena berjihad di jalan Allah itu disebut mati syahid, pahalanya adalah surga. Tapi sayangnya tak banyak yang tahu kalau:
1) Ibu yang meninggal saat melahirkan anak disebut mati syahid dan balasannya surga.
2) Seseorang yang meninggal dalam perjalanan mencari nafkah halal jua mati syahid.
3) Seseorang yang mati karena membela diri saat harta halalnya dirampok juga mati syahid
4) Seseorang yang mati karena membela kehormatannya (misal diperkosa) juga Insya Allah mati syahid.
5) Mati ketika berjuang membela tanah air mengusir penjajah, seperti saat pejuang kita mengusir sekutu dahulu juga Insya Allah masuk surga.
Dalam perang sekalipun Islam mengajarkan kalau tidak boleh menggempur tempat ibadah apapun. Tidak boleh membunuh perempuan dan anak-anak. Bahkan saat itu Rasululullah menyuruh orang-orang non muslim berlindung di rumah ibadahnya agar tidak terkena saat perang.
There is long road to heaven!
Karena surga dan neraka adalah hak prerogatif Allah. Saya, dan Anda cuma bisa berusaha, Allah juga yang berhak menentukan.
Notes:
Meski contoh buruk di atas kebetulan orang yang berhijab syari bukan berarti itu berlaku sama. Saya punya lebih banyak teman berhijab syari yang punya kelakuan sangat baik kepada sesama muslim, non-muslim bahkan hewan.
Dont judge book
From its cover! Berhenti merasa menjadi orang yang paling berpotensi masuk surga!
(Disclaimer: Rubrik “Jakarta Kita” adalah kumpulan artikel non formal yang lebih bersifat opini atau fiksi bukan bagian dari berita resmi jakartakita.com)