Demikianlah temuan IMMC (Indonesia Media Monitoring Center) setelah melakukan riset terhadap 7 media massa nasional, dengan menggunakan metode Purposive Sampling dan dimulai sejak tanggal 20 Maret hingga 30 April 2012. Terkumpul 1.492 pemberitaan mengenai semua kandidat yang terangkum dalam 478 berita.
Tingkat popularitas pemberitaan pasangan Fauzi-Nara sebesar 23,1%. Di urutan kedua adalah pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono dengan 19%, di posisi ketiga Hidayat Nurwahid-Didik Rachbini 17,8%. Sementara popularitas pemberitaan pasangan Joko Widodo- Basuki T. Purnama berada di posisi keempat dengan 15,8%. Di urutan kelima adalah pasangan Hendarji-Ahmad Satria 12,6%. Sementara pasangan Faisal-Biem berada diposisi terakhir dengan tingkat popularitas pemberitaan 11,5%.
Menurut analisa Muhammad Farid, Koordinator Riset IMMC, secara umum temuan tersebut menunjukkan bahwa tingkat popularitas pemberitaan masing-masing pasangan cukup kompetitif. Selisih antar masing-masing pasangan tidak terlalu tinggi.
“Dan semakin mendekati hari pemilihan, pasangan calon akan semakin gencar mengkerek popularitas pemberitaannya. Dengan selisih diatas, sangat mungkin untuk saling mengejar,” jelas Farid.
Temuan menarik lainnya dari riset IMMC adalah bahwa meskipun popularitas pemberitaannya paling tinggi, pasangan Foke-Nara juga yang paling tinggi mendapatkan kritikan dibanding pasangan yang lain. Jumlah pemberitaan yang berisi kritikan tajam terhadap pasangan Foke-Nara sebesar 21%. Sementara pasangan yang lain jauh berada dibawahnya. Misalnya, pemberitaan bernada kritis terhadap pasangan Alex-Nono yang berada di urutan kedua dengan 9,6%. Sementara pasangan-pasangan yang lain, persentasenya dibawah itu.
Berdasarkan temuan IMMC, Kritikan terhadap Foke banyak disuarakan oleh kalangan akademisi dan intelektual. Hanya 36,1% dari komentar para akademisi-intelektual yang memuji kinerj Foke. Semenatra 42% nya berisi kritikan tajam. Menurut Farid, ini menunjukkan bahwa Foke tidak memiliki popularitas yang kuat di kalangan menengah perkotaan.
Menurut Farid, posisi Foke sebagai petahana ibarat pisau bermata dua. “Di satu sisi, jabatan ini membuat Foke memiliki akses dan keleluasaan yang tidak dimiliki pasangan lain, untuk membangun popularitas dan basis suara. Namun pada saat yang sama, berbagai problematika Jakarta selalu identik dengan kinerjanya yang dianggap buruk oleh masyarakat. Ini yang membuat popularitas pemberitaan Foke berkejar-kejaran dengan stigma negatif terhadap kinerjanya.”
-Rio Yotto – IMMC