Film produksi Kalyana Shira Films yang dirilis tanggal 8 Januari 2014 kemarin di Jakarta, Bandung dan Yogyakarta ini adalah film pertama Asrida Elizabeth. Asrida menjadi penulis sekaligus sutradara. Film ini merupakan salah satu bagian dari Project Change Tanah Papua yang diproduseri oleh Nia Dinata atas bantuan dana dari Ford Foundation.
Film Tanah Mama merekam kehidupan Mama Halosina, potret seorang mama perkasa di Papua yang hidup di lembah pedalaman Yahukimo, sekitar lima jam jalan kaki dari pinggiran kota Wamena. Perempuan yang dipanggil ‘mama’ itu harus berjuang menghidupi diri dan empat anaknya setelah suaminya kawin lagi.
Tanah ladang yang dibukakan oleh sang suami sudah tak subur lagi sehingga tak bisa ditanami. Namun, karena lebih memperhatikan istri keduanya, yang juga beranak banyak, maka Halosina tak bisa mengandalkan lelaki itu lagi untuk memberinya ladang.
Walhasil, di tengah himpitan kelaparan anak-anaknya, Halosina terpaksa mencuri ubi di ladang adik iparnya sendiri. Namun, ikatan kekeluargaan itu ternyata tak membuat Halosina terbebas dari hukuman. Pemilik ladang dan ketua adat tetap bersikeras bahwa Halosina harus membayar denda seharga satu ekor babi, atau sekitar Rp 500 ribu.
Tak punya uang sepeser pun, Halosina akhirnya kabur dari desanya, dan ‘bersembunyi’ di rumah saudaranya di kampung sebelah. Namun, ancaman denda terus mengejarnya, walau ia dengan gigih berupaya menempuh jalan damai dengan membujuk dan meminta maaf sang adik ipar.
Asrida Elisabeth, telah lima tahun mengenal Mama Halosina. Sejak Asrida aktif ikut pelayanan di daerah Yahukimo bersama seorang pastor. Kedekatan Asrida dengan Mama Halosina menjiwai film dokumenter yang jujur dan apa adanya.Film ini seakan ingin mengingat penonton bahwa nun jauh di sana ada Tanah Papua yang merupakan bagian dari tanah air Indonesia. Penderitaan Mama Halosina juga merupakan tanggung jawab dari pemerintah pusat.