Ternyata, Prancis Pernah Mengadu Nasib di Batavia

foto: istimewa

Jakartakita.com – Harmoni merupakan salah satu tempat yang cukup terkenal di Jakarta Pusat, lokasinya di persimpangan di ujung Jl Majapahit dan tidak jauh dari Istana Negara.

Bagi warga Ibu Kota yang biasa naik bus kota  terutama Bus Transjakarta cukup familiar dengan daerah ini. Sebagai sentra transit antar jalur Transjakarta, membuat kawasan ini selalu ramai saban waktu. Tapi dibalik keramaiannya, ternyata Harmoni menyimpan sejarah yang sangat panjang.

Wilayah ini dulunya adalah pusat perniagaan sekaligus pemukiman orang Prancis. Namun sayang, sejarah yang sangat berharga itu ternyata sengaja dilunturkan oleh bangsa kita sendiri. Sebab banyak bangunan bersejarah di sini telah dirubuhkan dan kita hanya bisa melihat sisa-sisanya saja.

Nama Harmoni, sebenarnya berasal dari sebuah Gedung Belanda yang disebut Societeit Harmonie. Sebuah gedung Belanda yang dulu terletak di ujung jalan Veteran dan Majapahit. Gedung ini dulunya adalah tempat perkumpulan dan pesta orang Belanda khususnya para noni-noni Belanda. Pembangunannya diprakarsai oleh Gubernur Jenderal Reiner de Klerk pada tahun 1776. Sayangnya gedung ini dirubuhkan pada tahun 1985 dan kini hanya tinggal nama saja.

foto: istimewa

Harmoni berdekatan dengan Monas yang pada masa kependudukan Prancis dijuluki Champs de Mars. Lalu, berganti jadi Koningsplein (Lapangan Raja) saat kekuasaan Belanda dipulihkan. Tapi, rakyat menyebutnya Lapangan Gambir.

Konon, di Harmoni orang-orang Belanda atau Prancis bisa membeli kue, sepatu, tas, dan baju-baju terbaru yang mengikuti mode terbaru dari Prancis. Maka dari itulah, di sini diletakkan patung Hermes yang merupakan dewa perdagangan jembatan Harmoni pada 1905. Namun kini yang terlihat di sana hanyalah replikanya saja. Patung yang asli kini diamankan di Museum Sejarah Jakarta di Kota Tua.

Selain di kawasan Harmoni, warga Prancis juga tinggal di Risjwijk Straat (berasal dari kata risjk (persawahan) dan wijk (lapangan luas). Kala itu, Risjwijk merupakan daerah pinggiran Saint Honore Kota Batavia.

 

Charles Worter, seorang wisatawan Inggris yang bertamasya ke Batavia (1852), menyebutkan, kehidupan elite Eropa dan Belanda penuh glamour. Wanitanya senang menggunakan dari sutra yang didatangkan dari pusat mode Paris.

Siapa sangka dahulu Jakarta pernah jadi Kota Paris kedua. Kota mode dunia yang sudah kesohor sejak zaman baheula.

BataviaChamps de MarsfashionglamourharmoniKoloni Hindia Belandanoni BelandaParisPrancisSejarah BataviaSocieteit HarmonieWeltevreden
Comments (0)
Add Comment