Sebenarnya sejak lama saya ber-azzam tidak akan pernah mau membuang uang percuma untuk nonton film Indonesia di bioskop. Saya lebih baik menunggu film itu tayang gratis di televisi atau malah menunggu versi streaming gratis di internet. Namun, film “Bulan Terbelah di Langit Amerika 2” ini malah membius saya untuk segera ditonton di bioskop. Sempat ingin mengurungkan niat, mengingat film-film adaptasi dari novel-novel yang saya baca sebelumnya juga sukses mengacak-ngacak imajinasi saya tentang isi novel tersebut. Tapi saya akhirnya nekat ikut antri bersama sejumlah orang yang terbawa euphoria film “Bulan Terbelah di Langit Amerika 2”. Tapi untungnya saya ditraktir sahabat saya.
Film bermula dari kisah pembantaian muslim Cina bermarga Hui oleh pemerintah Komunis Cina. Saat itu ada sebuah keluarga bahagia, ayah, ibu dan 3 anak yang masih kecil yang ikut dalam plot menyedihkan. Demi menyelamatkan anak yang kecil-kecil ini si ibu rela mati ditembak komunis. Dan ketiga anaknya dibawa oleh sang suami hijrah ke tanah Amerika.
Secara garis besar, film ini masih tentang petualangan sepasang suami istri Hanum dan Rangga yang konon adalah penulis asli. Saat itu Hanum (Acha Septriasa) dan Rangga (Abimana Aryasatya) berniat kembali ke Wina setelah menunaikan tugas jurnalistiknya. Namun, bos Hanum memberi misi baru untuk menelusuri jejak harta karun misterius para pelaut Muslim Cina yang berlayar ke Amerika jauh sebelum Columbus. Tak lupa bos Hanum mengiming-imingi uang 5000 USD untuk modal awal menulis artikel.
Mulanya Hanum bimbang, namun akhirnya dia mengiyakan juga. Maka berangkatlah Hanum, Rangga dan Stefan (Nino Fernandez) dari New York ke San Fransisco. Stefan ini adalah sahabat Hanum dan Rangga selama di Amerika. Stefan yang alkoholik sedang stress berat karena ditinggal sang pacar, Jasmine (Hannah Al Rashid) yang sebelumnya tinggal seatap. Dan si Jasmine ini sedang mengandung buah cinta terlarang antara Stefan dan Jasmine.
Aihhh…ini film yang konon bergenre religi tetapi ada juga plot betapa bebasnya hubungan terlarang di negeri orang. Okeylah, saya masih positive thinking ini hanyalah sebagai bumbu, karena film ini bersetting negeri Paman Sam.
Hanum dan Rangga memang sengaja mengajak Stefan agar Stefan bisa melupakan kesedihannya. Dan kebetulan di San Fransisco lah Jasmine tinggal.
Sebelum Hanum pergi ke San Fransisco, dia terlebih dahulu mengontak salah seorang teman yang juga sejarawan, Azima Hussein (Rianti Cartwright) untuk menemaninya berpetualang menemukan jejak Islam di Amerika.
Nah kisah Azima ini tak kalah ribetnya. Si Azima ini adalah bule blonde yang kebetulan masuk Islam karena pernikahan dan akhirnya mengganti namanya. Azima menikah dengan muslim taat berjenggot bernama Ibrahim Hussein. Dari awal, si mama yang diperankan oleh Ira Wibowo tidak setuju dengan pernikahan mereka, tetapi si ayah masih setuju dan suka mencuri waktu untuk menjenguk Azima.
Hingga peristiwa 911 terjadi. Ibrahim Hussein masuk daftar yang meninggal di WTC dan dianggap teroris oleh FBI. Si FBI datang ke rumah ayah ibu Azima hanya untuk bilang kalau mantunya itu teroris. Bah! Ini makin tidak masuk akal.
Dan yah seperti sinetron atau FTV, plot bisa ketebak. Si ayah Azima yang sayang Azima, kena serangan jantung dan mati. Si ibu menangis meraung-raung dan jadi dendam kesumat dengan Azima. Hingga Azima datang ke pemakaman sang ayah pun diusir sambil dimaki-maki oleh si ibu. Si ibu tidak pernah menganggap Azima dan cucunya, Sarah Hussein (Hailey Franco)ada. Sang ibu menganggap, Azimah, mantunya telah membuat suaminya mati.
Di San Fransisco, Hanum ditemani oleh Azima dan Sarah untuk menemukan info seputar jejak pelaut Islam di Amerika yang datang sebelum Columbus. Persinggahan pertama ya di China Town. Hanum bertemu dengan Peter Chang, dedengkot China Town yang merupakan informan mereka di San Fransisco. Ternyata Peter Chang ini adalah si bayi yang di plot awal dibawa sang ayah hijrah ke Amerika.
Dari Peter Chang, Hanum diberi koin kuno Cina yang dibawa oleh pelaut Cina rombongan Cheng Ho. Koin inilah yang menyebabkan Hanum dikejar-kejar bandit China Town.
Hal yang lebih menggelikan adalah, mafia China Town yang kalau di film-film barat digambarkan seram dan tidak beragama. Ini ternyata malah Cina Hui yang jenggotan dan muslim. Tapi anak-anaknya memakai baju ala mafia dan terlihat keren. Dan ternyata si Peter Chang itu anaknya si gembong mafia yang digambarkan jenggotan itu.Si Peter Chang memang sangat nyeleneh. Peter diduga sering menjual warisan keluarga demi uang untuk kembali ke Cina melihat pusara sang ibu. Haduh! Masa mafia kere! Cuma tiket Amrik-Cina aja gak mampu! Lalu mana sejarah yang menggambarkan jejak-jejak Islam di Amerikanya?
Di tengah cerita ada banyak plot yang ‘gengges’ habis. Misalkan, Sarah dan Ibunya, Azima tinggal di hotel murahan yang kotor. Suatu pagi Sarah sibuk membersihkan sampah dan kardus-kardus berserakan. Pemilik hotel bertanya dalam bahasa Inggris, “Kenapa kamu membersihkan ini semua? Saya tidak akan membayar kamu loh”
Sarah jawab, “karena di agama kami kebersihan sebagian dari Iman. Ini semua gratis kok”. SI pemilik hotel tersenyum dan pergi.
Saat si pemilik hotel yang bule datang, sampah masih berserakan. Dan ajaibnya sampah-sampah dan kardus-kardus lenyap seketika saat pemilik hotel pergi. Padahal jelas-jelas Sarah dan pemilik hotel sibuk ngobrol saat sampah itu dalam proses hilang.
Adegan yang tak kalah lucu, Ira Wibowo kena serangan jantung setelah membaca kumpulan surat di kotak kecil dari Sarah, cucunya. Ada suara ambulance, tahu-tahu si Ira sudah ada di rumah sakit sedang tak sadarkan diri, dan surat dan kotaknya sudah tertata rapih di meja sebelah tempat tidur. Whuat??? Sempet-sempetnya itu petugas Emergency, evakuasi pasien gawat sambil bawa surat.
Dan si Azima, tergerak untuk ambil surat dan membaca surat dari Almarhum Suami kepada ibunya. Si Ibu sadar perlahan setelah mendengar surat itu dibacakan. Kemudian sadar.
Adegan Stefan bertemu dengan Jasmine tak kalah ‘gengges’. Si Jasmine ternyata sudah tinggal serumah dengan seorang laki-laki. Stefan cemburu buta, lantas dia mabuk lagi. Namun belakangan Stefan tahu kalau cowok yang tinggal serumah dengan Jasmine ini ternyata gay,
Haduh…ini plot benar-benar tidak ada islami-islaminya. Sisi religi hanya karena sang tokoh pakai jilbab gaul. Dan sesekali ada ucapan Assalamualaikum, dll.
Nilai historis yang jadi komoditi jualan di film ini pun blur. Aneh! Tidak ada yang bagus dalam film ini.
Gambar-gambar setting New York dan San Fransisco sedikit mengobati sakit hati sudah membayar tiket bioskop untuk menonton film ini. Itu pun hanya secuplik.
Ohya film ini akhirnya happy ending. Azima dan Sarah diakui ibunya. Stefan dan Jasmine akhirnya memutuskan menikah. Koin warisan keluarga Hui kembali ke tangan mafia China Town. Peter Chang dapat uang gratis untuk beli tiket pesawat ke Cina. Hanum gagal menyelesaikan projeknya tetapi sukses membuat artikel drama. Hanum dan Rangga akhirnya ikut program kesuburan dan dapat anak.
Astaga! Ini Film aneh sekali.Novel karya Hanum Salsabiela Rais yang ciamik jadi hancur lebur gak keruan. Mending gak usah ditonton ini film! Rugi!
(Disclaimer: Rubrik “Jakarta Kita” adalah kumpulan artikel non formal yang lebih bersifat opini atau fiksi bukan bagian dari berita resmi jakartakita.com)