Jakartakita.com – Microsoft menggelar acara ‘Generasi Bisa’ pada tanggal 13-15 Desember 2016 yang ditutup dengan kegiatan Hour of CodeTM di Jakarta Smart City Lounge, Gedung Balai Kota DKI Jakarta.
Rangkaian kegiatan ‘Generasi Bisa’ ini mengusung dua aktivitas utama, yakni Hour of CodeTM dan Skype-a-Thon.
Mengangkat tema “Supporting Digital Readiness & Work Readiness”, ratusan peserta dari berbagai latar belakang berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini.
Ruben Hattari, Corporate Affairs Director, Microsoft Indonesia mengatakan, perhelatan ‘Generasi Bisa’ merupakan salah satu bentuk dukungan Microsoft dalam memberdayakan masyarakat agar dapat memperkaya talenta serta meningkatkan daya saing Indonesia, khususnya di bidang teknologi. Termasuk di dalamnya dengan mentransformasikan kota-kota di Indonesia menjadi smart city.
Indonesia pun memiliki potensi yang besar untuk terus berkembang. Sebanyak 70% dari total jumlah penduduk Indonesia berada dalam usia angkatan kerja – memacu tingginya laju produktivitas tanah air. Untuk itu, kegiatan-kegiatan yang mampu mengasah talenta masyarakat perlu semakin ditingkatkan.
“Sejalan dengan target Pemerintah Indonesia untuk memiliki 1.000 technopreneur di tahun 2020 mendatang, kami menyelenggarakan ‘Generasi Bisa’ untuk menyiapkan masyarakat Indonesia menjadi generasi yang produktif dan berdaya saing. Acara dikemas dengan cara yang menyenangkan agar kesiapan, penerimaan, dan keterbukaan para peserta terhadap kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif semakin meningkat,” ujar Ruben dalam siaran pers yang diterima Jakartakita.com, Kamis (15/12/2016).
Ditambahkan, melalui kegiatan ‘Generasi Bisa’, masyarakat Indonesia diharapkan dapat semakin dekat dengan teknologi, sehingga mendorong masyarakat Indonesia untuk berkreasi, menginspirasi, dan menciptakan hal-hal baru yang bermanfaat bagi diri sendiri, komunitas, lingkungan, dan negara.
Dian Ekowati, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta mengatakan, literasi digital adalah salah satu kemampuan utama yang dibutuhkan di abad ke-21 karena mampu melatih pola berpikir logis, kritis, dan kreatif.
Adapun kegiatan ‘Generasi Bisa’ membukakan kesempatan yang lebih besar bagi masyarakat Indonesia untuk mengenal teknologi lebih dekat dengan cara yang menyenangkan, sehingga mampu meningkatkan literasi digital masyarakat Indonesia.
“Semakin banyak masyarakat yang mengenal teknologi, semakin besar kesempatan kota-kota di Indonesia untuk bertransformasi menjadi smart city,” papar Dian.
UNICEF mengungkapkan terdapat 2,5 juta anak Indonesia yang putus sekolah pada tahun 2015. Sebanyak 600.000 di antaranya adalah siswa SD dan 1,9 juta di antaranya adalah siswa SMP.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik menyebutkan angka pengangguran usia 15-19 tahun masih berada di kisaran 31,12% pada akhir tahun 2015. Untuk memperbaiki angka-angka ini, kerjasama antara pemerintah, swasta, akademisi, dan sesama anggota masyarakat sangatlah dibutuhkan.
‘Generasi Bisa’ pun mengajak siswa, guru, anak-anak berkebutuhan khusus, anak-anak dari kalangan marjinal, hingga para ibu untuk mengenal coding yang dapat membantu terciptanya kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.
Selain itu, ‘Generasi Bisa’ juga mengajak siswa dan guru untuk mengaplikasikan teknologi dalam sistem pembelajaran di ruang kelas.