Nafas Indonesia & Pinhome Beberkan Kondisi Kualitas Udara Area di Jabodetabek

foto : ilustrasi (ist)

Jakartakita.com – Memahami dampak kualitas udara terhadap kehidupan sehari-hari menjadi hal yang sangat penting, dewasa ini.

Terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah perkotaan, di mana setiap harinya masyarakat terpapar oleh polusi udara tanpa mereka sadari.

Ketidaksadaran tersebut, salah satunya disebabkan oleh minimnya data yang dapat memberikan informasi terkait memberikan informasi yang dapat diakses secara update mengenai kualitas udara yang dihirup sehari-hari. 

Berangkat dari hal tersebut, Nafas Indonesia dan Pinhome menggelar acara webinar Property Academy bertajuk, “Beda lokasi hunian, beda kualitas udaranya. Kok bisa?” pada Rabu (14/09), secara daring melalui platform Zoom.

“Harapannya dengan kolaborasi ini masyarakat dapat lebih mengetahui salah satu faktor yang memengaruhi pemilihan hunian yang penting yaitu kualitas udara. Market report ini disusun supaya Pinhome dapat memberikan pengetahuan mendalam terkait lokasi hunian yang sehat, terutama berdasarkan kualitas udara lingkungannya,” terang Head of Agent Account Management Pinhome, Panca Satria seperti dilansir dalam keterangan pers, Rabu (14/9).

5 Area Jabodetabek dan Kualitas Udaranya

Tidak dapat dipungkiri, bahwa level kualitas udara di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi cukup bervariasi akhir-akhir ini.

Ada kalanya indikator polusi udara di wilayah tersebut cukup tinggi.

Walau begitu, kualitas udara di waktu tertentu terkadang bisa lebih bagus. Bahkan, ada potensi kondisi udara bisa membaik meski di saat terburuk. 

Menurut data riset hasil kolaborasi Pinhome dengan Nafas, terdapat sedikitnya lima wilayah di Jabodetabek yang menjadi referensi untuk mengukur tren kualitas udara.

Kelima wilayah tersebut, antara lain; Depok Beji, Pondok Indah, Bogor Barat, Bekasi – Tambun Selatan, dan Dharmawangsa. Hasil ini diukur berdasarkan kualitas udara pada aplikasi Nafas.

Menurut Panca, untuk memilih hunian dengan kualitas yang baik, alangkah lebih baik untuk mengecek rencana pembangunanya terlebih dulu.

“Kita dapat mempertimbangkan kualitas udara sebagai faktor penting dalam mencari hunian. Pertama, kita bisa melihat rencana pembangunan. Rata-rata project properti primary adalah project inden yang biasanya (membutuhkan waktu) 12 atau 24 bulan, nah sambil kita lihat apakah di dalam proses pembangunan properti tersebut memperhatikan kualitas udaranya dan tidak dekat dengan kawasan industri. Hal-hal semacam ini bisa kita perhatikan,” terang Panca.

“Lalu jarak lokasi. (Apakah) bangunan-bangunan (perumahan) itu bisa mendatangkan kerumunan dan menyebabkan kemacetan. Tapi hal ini (sebenarnya) diperlukan juga, karena di suatu hunian kita tidak mau dong hunian kita ada di kawasan yang sepi? Karena kepadatan penduduk belum tentu menjadi faktor polusi udara yang tidak baik,” sambung Panca.

Di kesempatan yang sama, CGO – Co Founder Nafas Indonesia, Piotr Jakubowski mengungkapkan, bahwa saat ini pihaknya tengah berfokus dalam mengembangkan fitur wawasan kualitas udara di luar ruangan.

Adapun saat ini, fitur tersebut telah tersedia di aplikasi Nafas lewat “Nafas Insights”.

“Melalui Nafas Insights, sekarang Anda bisa melihat rangkuman informasi kualitas udara di daerah tempat tinggal Anda setiap minggu. Terdapat insight mingguan di mana pengguna akan mendapatkan rangkuman tingkat polusi PM2.5 selama seminggu terakhir,” kata Piotr.

“Anda juga bisa melihat perbandingan antara kualitas udara di daerah Anda dengan rekomendasi paparan tahunan PM2.5 oleh WHO. Selain itu, juga ada perbandingan kualitas udara minggu ini dengan minggu lalu,” pungkasnya.

Asal tahu saja, PM2.5 merupakan ancaman bagi kesehatan manusia.

PM2.5 adalah gabungan partikel padat yang berada di udara yang berukuran 2.5 mikron yang dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor, asap pabrik, rokok, dan pembakaran sampah.

Pasalnya, PM2.5 berukuran 1/100 ukuran helai rambut dan tidak bisa disaring oleh tubuh manusia. Polusi PM2.5 berbahaya bagi tubuh manusia karena badan manusia tidak mampu memfilter polutan ini, di mana dapat terperangkap di paru-paru.

Bahkan, PM2.5 dapat masuk ke pembuluh darah dan tersalurkan ke seluruh tubuh.

Menurut data dari KLHK 2013, polusi PM2.5 dapat menimbulkan beragam masalah kesehatan, seperti; kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, perkembangan janin, asma, perkembangan paru-paru lambat, masalah perkembangan, batuk dan sesak napas, penyakit jantung koroner, stroke, kanker paru-paru, bronkitis kronis, diabetes, dementia, serangan jantung, gagal jantung, paru-paru lemah.

Jabodetabekkualitas udaraNafas IndonesiaPinhomePolusi PM2.5polusi udaraProperty Academy
Comments (0)
Add Comment