Take a fresh look at your lifestyle.

Perhumas Bakal Gelar ‘Konvensi Nasional Humas 2018’ di Jakarta

Mengusung Tema “Humas 4.0 Tantangan Kebangsaan & Reputasi Indonesia”

0 3,472
foto : istimewa

Jakartakita.com – Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) akan menggelar Konvensi Nasional Humas 2018 pada tanggal 10-11 Desember 2018 bertempat di XXI Ballroom, Thamrin, Jakarta Pusat.

Konvensi akbar tahun ini mengusung tema “Humas 4.0 Tantangan Kebangsaan & Reputasi Indonesia” dan akan dihadiri oleh berbagai pihak mulai dari mahasiswa, praktisi, akademisi hingga tokoh nasional.

Konvensi Nasional Humas 2018 ini juga akan menghadirkan berbagai narasumber, diantaranya; R. Niken Widiastuti (Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik – KOMINFO RI), Wianda Pusponegoro (Staff Khusus Kementrian BUMN), Boy Kelana Soebroto (Head of Corporate Communication Astra International), Mardi Wu (CEO Nutrifood) dan lainnya.

Konvensi ini dirancang menjadi sebuah wadah bagi praktisi, akademisi, professional public relations, pimpinan perusahaan dan praktisi media massa, untuk melahirkan berbagai gagasan serta pemikiran guna terciptanya hubungan yang saling bersinergi serta memperdalam fungsi peran masing-masing, khususnya di Era Industri 4.0.

Melalui Konvensi Nasional Humas 4.0 diharapkan praktisi Humas dapat merumuskan strategi yang seharusnya dapat dilakukan di kemajuan teknologi yang kian pesat.

Tidak hanya memikirkan hal ini sebagai ancaman, melainkan sebuah challenge dan kesempatan bagi Humas di sektor perindustrian untuk dapat mengendalikan sistem 4.0 yang kian mendominasi bidang kerja, khususnya Public Relations.

Kedepannya, Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbesar seperti Cina, Jepang, Australia dan Korea. Dimana peran Praktisi Humas dituntut untuk mampu membangun kompetensi dan perspektif global untuk menuju Indonesia Global Ekonomi.

Dalam siaran pers yang diterima Jakartakita.com, Kamis (15/11/2018), Rosarita Niken Widiastuti – Dirjen Informasi Komunikasi Publik (IKP) Kominfo​ RI mengungkapkan, Humas jangan hanya menguasai sarana komunikasi konvensional saja. Di era 4.0, penggunaan sarana komunikasi baru juga harus dikuasai dan dimanfaatkan, dan ini merupakan tantangan bagi Humas Pemerintah dalam menghadapi industri 4.0.

Related Posts
1 daripada 7,044

Adapun Agung Laksamana – Ketua Umum BPP Perhumas mengungkapkan, kompetensi PR membutuhkan kombinasi unik antara intuisi, nalar, empati, emosi serta kreativitas yang tidak terbatas (limitless). Hal ini menjadi keterbatasan mesin AI untuk dilatih.

“Persepsi lama, bahwa PR hanya berfungsi sebagai media relations, membuat klipping, protokoler serta publikasi di konvensional media semata, haruslah kita tinggalkan. Sekarang profesi ini dituntut memiliki keahlian yang lebih kompleks,” jelasnya.

Ditambahkan, pada akhirnya, peran fungsi Humas adalah membangun Trust dan Reputasi melalui branding “Making Indonesia 4.0”. Ini juga butuh agenda setting serta peran strategis Humas yang Humas 4.0.

“Point besar saya disini adalah Humas 4.0 harus memiliki software and Hardware yang global, digital, creative. Namun, yang paling penting juga adalah inside chip-nya seorang Humas 4.0 haruslah NKRI – #IndonesiaBicaraBaik,” jelasnya lagi.

Sementara itu, Benny S. Butarbutar – Ketua Panitia Konvensi Nasional Humas 2018 mengatakan, ​ajang ini menjadi sebuah momen tepat bagi segenap Praktisi Humas 4.0 untuk lebih waspada dan cermat dalam menghadapi tantangan kemajuan dunia digital di Indonesia.

“Harapannya, melalui Konvensi Humas 2018, kami segenap praktisi Public Relations Indonesia, professional dari berbagai industri dapat saling berdiskusi dan menemukan strategi untuk membangun reputasi baik Indonesia,” ujarnya.

Ditambahkan, Industri 4.0 merupakan tantangan globalisasi yang menciptakan ketidakpastian yang justru menjadi tantangan terbesar Humas Indonesia. Perhumas sebagai lembaga profesi perlu terus menerus meningkatkan kapasitas dan kualitas Humas Indonesia secara berkelanjutan.

“Sudah saatnya Humas Indonesia memimpin di depan dengan menjadikan teknologi informasi, digitalisasi dan sosial media sebagai instrumen kekuatan PR di masa depan atau di era industri 4.0. Humas Indonesia bukan lagi sebagai alat pemadam kebakaran yang reaktif, tetapi memimpin didepan dengan Strategic Thinking yang kuat. Menghadapi hal tersebut praktisi Humas perlu melengkapi diri juga dengan Local Wisdom yang menjadi kekuatan pemain lokal dan memperkuat platform digital guna meningkatkan awarness sebagai Contact Point bagi sasaran khalayaknya,” terangnya.

Lebih lanjut diungkapkan, kekuatan lainnya dengan mengedepankan kekuatan Digital PR yang semakin interaktif dua arah akan mampu memperkuat Engagement.

“Pada akhirnya menciptakan komunitas advokasi dan netizen adalah sebagai agent Word of Mouth yang efektif. Hal itu yang disebut sebagai Driving Understanding & Reputation dan Konvensi Nasional Humas adalah instrument untuk meningkatkan wawasan, pemahaman dan kapasitas sekaligus spesialisasi Humas yang sudah saatnya dimunculkan, mengingat besarnya tantangan dan peluang yang ada di Era Disruption saat ini,” tandasnya.

 

Tinggalkan komen