Tangerang Selatan, Berkembang Pesat Setelah Delapan Tahun
Jakartakita.com – Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi Banten, yang berasal dari pemekaran Kabupaten Tangerang. Berawal dari keinginan masyarakat setempat akan terciptanya kota otonom, agenda pembentukan kota Tangerang Selatan mencuat di awal 2000-an.
Pembentukan kota otonom mengalamai titik terang setelah pada akhir Desember 2006, DPRD Kabupaten Tangerang menyetujui terbentuknya Kota Tangerang Selatan yang terdiri atas tujuh kecamatan, yakni Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara dan Setu.
Pada 22 Januari 2007, Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Tangerang yang dipimpin oleh Ketua DPRD Endang Sujana menetapkan Kecamatan Ciputat sebagai pusat pemerintahan Kota Tangerang Selatan secara aklamasi.
Untuk proses awal berdirinya Kota Tangerang Selatan, Pemkab Tangerang mengucurkan dana Rp 20 miliar. Dana tersebut digunakan untuk biaya operasional kota Tangerang Selatan selama tahun pertama dan merupakan modal awal dari daerah induk untuk wilayah hasil pemekaran. Selanjutnya, Pemkab Tangerang menyediakan dana bergulir sampai Tangerang Selatan Mandiri.
Berkembang Pesat
Sebagai kota penyangga ibukota Jakarta, bisnis properti di Tangerang Selatan berkembang pesat. Banyak pengembang yang tertarik untuk melakukan pengembangan properti di kota ini, mengingat akses tol ke Jakarta sangat mudah dan tersedianya stasiun kereta api. Pemukim di Tangerang Selatan tidak kesulitan untuk bekerja di ibukota.
Jika menilik dari sejarahnya, beberapa kawasan telah dikembangkan sebagai perumahan sebelum terbentuknya kota Tangerang Selatan. Misalnya saja Bumi Serpong Damai (BSD). Perumahan ini telah mulai dikembangkan Group Ciputra pada tahun 1989. Group Ciputra memegang izin lokasi hingga 6.000 hektar.
Memang, ketika krisis moneter melanda pada tahun 1997, pengembangan properti di Tangerang Selatan mangkrek. Ini termasuk BSD dan Gading Serpong. Bahkan, BSD dan Gading Serpong beralih kepemilikan.
Pada tahun 2003, BSD diambil alih Sinarmas dan berganti nama menjadi BSD City, sedangkan Gading Serpong diambil alih Summarecon dan Paramount. Setahun kemudian, bisnis properti di Serpong kembali bergairah. Sinarmas, misalnya, membangun berbagai perumahan berjenis kluster.
Kawasan BSD menjadi semakin berkembang juga berkat selesai dibangunnya tol BSD-Bintaro-Pondok Indah-TB Simatupang. Peminat rumah di kawasan tersebut semakin meningkat, harga properti pun melambung drastis. Apalagi setelah tol tersebut juga menyambung ke Cikunir, sehingga memudahkan pemukim di BSD untuk mengakses tol Jagorawi maupun Cikampek.