Take a fresh look at your lifestyle.

Pengamat : Ekonomi 2016 Akan Lebih Baik

0 1,818
pembangunan tol - infrastruktur
foto : istimewa

Jakartakita.com – Tahun 2016 diyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin membaik. Pasalnya, kebijakan-kebijakan yang dilakukan Pemerintah dan lembaga-lembaga terkait, lebih akomodatif dibandingkan dua tahun sebelumnya.

Demikian diungkapkan Kepala Ekonom Bank Nasional Indonesia (BNI), Ryan Kiryanto dalam sebuah diskusi bertajuk “Potensi dan Tantangan Infrastruktur untuk Pertumbuhan Ekonomi” di Jakarta, Jumat (15/1/2016) malam.

“Misalnya saja, kebijakan Bank Indonesia (BI) lebih akomodatif dan ruang penyesuaian BI rate terbuka walau tetap menjaga kehati-hatian di tengah tingginya ketidakpastian global dalam jangka pendek,” kata Ryan.

Bahkan, kebijakan yang disambut positif oleh pasar ini, diyakini Ryan akan dilakukan dua sampai tiga kali lagi pada tahun 2016 ini.

“Pengumuman itu dikeluarkan hanya sekitar dua jam setelah pengeboman di kawasan Sarinah yang hanya beberapa ratus meter dari Gedung BI. Ini menunjukkan BI memang akan menurunkan BI rate apapun yang terjadi,” tutur dia.

Related Posts
1 daripada 6,417

Selain itu, berbagai paket kebijakan ekonomi yang sudah dikeluarkan pemerintah sejak tahun 2015 diperkirakan membawa dampak bagus bagi perekonomian. Kebijakan-kebijakan yang mempermudah investasi dan mempercepat pembangunan infrastruktur di daerah-daerah, dinilai Ryan sebagai bentuk keseriusan pemerintahan akibat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015, hingga tiga kuartal berkisar di rata-rata 4,7 persen, menurun dibandingkan 2014 yang rata-ratanya menyentuh lima persen.

“Namun kami yakin nilai kuartal keempat, yang belum diumumkan BPS, nilainya bisa 4,8 sampai 4,85 persen. Syukur-syukur bisa sampai lima persen,” ujar dia.

Ditambahkan, bonus demografi, yang ditandai dengan tingginya jumlah penduduk usia produktif, juga bisa menguntungkan perekonomian Indonesia.

Bahkan, kata Ryan, Tiongkok pun seakan “iri” atas kondisi Indonesia tersebut dan menambah jumlah anak maksimal menjadi dua orang, menjadi kewajiban perkeluarga mulai tahun 2016 ini.

“Saat ini Tiongkok menghadapi tingginya populasi manusia usia lanjut. Indonesia justru sebaliknya, usia produktif semakin banyak disertai kelas menengah perkotaan yang memiliki daya beli kuat,” jelas Ryan.

Bonus demografi sendiri, diperkirakan baru bisa dinikmati oleh Indonesia pada rentang tahun 2020-2030. Saat itu diprediksi jumlah usia usia produktif (15-64 tahun) mencapai sekitar 70 persen, sedang 30 persen penduduk yang tidak produktif (usia 14 tahun ke bawah dan usia di atas 65 tahun).

Asal tahu saja, sebelumnya, Presiden Joko Widodo menargetkan Indonesia pada tahun 2015-2085, menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia serta ingin Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi dan peradaban di dunia.

Tinggalkan komen