Take a fresh look at your lifestyle.

Khawatir Twindemic Meluas, Daewoong Pharmaceutical Percepat Uji Klinis Global Niclosamide

0 1,940
foto : ilustrasi (ist)

Jakartakita.com – Di tengah krisis COVID-19 yang berkepanjangan di seluruh dunia, kekhawatiran akan twindemic (epidemi ganda) semakin meluas.

Twindemic merupakan sebuah fenomena di mana dua pandemi yang berbeda dapat terjadi secara bersamaan, dan dalam hal ini, influenza dan COVID-19 menerpa pada waktu yang sama.

Mengutip pemberitaan Fox News pada bulan Oktober lalu, Health Administration di Arkansas, Amerika Serikat mengumumkan bahwa satu pasien berusia 65 tahun atau lebih telah meninggal dunia akibat flu pada tanggal 24 Oktober.

Sejak akhir September, kasus flu di Arkansas secara kumulatif telah mencapai sekitar 118 kasus dan telah menimbulkan kekhawatiran bahwa twindemic akan mungkin terjadi dalam waktu dekat.

Menyikapi hal tersebut, Daewoong Pharmaceutical, perusahaan perawatan kesehatan global di Korea Selatan, terus berfokus untuk mengembangkan pengobatan COVID-19 bernama Niclosamide, yang terbukti memiliki efek antivirus yang sangat baik berdasarkan hasil penelitian dari Institut Pasteur Korea pada bulan April.

Menurut hasil penelitian regenerasi obat COVID-19 yang dilakukan oleh Kementerian Sains dan TIK Korea Selatan untuk mendukung upaya tanggap darurat dan keselamatan masyarakat, Niclosamide menunjukkan kekuatan antivirus 40 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Remsivir yang sedang dikembangkan di dalam dan luar negeri sebagai pengobatan COVID-19 melalui eksperimen sel.

Niclosamide juga memiliki kekuatan antivirus 26 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Chloroquine.

“Secara khusus, Niclosamide memiliki efek pengobatan flu yang telah dibuktikan dalam sebuah uji klinis yang dilakukan pada subjek hewan. Pengobatan ini juga diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi fenomena twindemic,” jelas Sengho Jeon, CEO Daewoong Pharmaceutical dalam siaran pers, Senin (30/11).

Dijelaskan, pengujian pada subjek hewan dilakukan karena jumlah kasus twindemic di mana pasien mengidap COVID-19 dan influenza secara bersamaan semakin meningkat dan menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.

Adapun uji kemanjuran Niclosamide pada subjek hewan menunjukkan bahwa tingkat kematian sebesar 40% pada kelompok plasebo.

Sementara itu, kelompok subjek yang diberikan Niclosamide 12 jam sebelum atau 7 hari setelah disuntikkan virus menunjukkan angka kematian 0%.

Related Posts
1 daripada 3,784

Secara khusus, skor gejala klinis pada hari kedua pemberian Niclosamide menunjukkan peningkatan yang luar biasa hingga 75% dibandingkan dengan kelompok kontrol, meskipun pengobatan diberikan pada saat gejala klinis memburuk pada hari infeksi ke-7.

“Kami memfokuskan upaya kami pada pengembangan pengobatan untuk merawat pasien COVID-19 dan melakukan yang terbaik untuk mengembangkan pengobatan yang efektif untuk penyakit virus menular lainnya. Riset dan pengembangan akan terus kami percepat untuk mengakhiri twindemic di Indonesia dan dunia,” kata Sengho Jeon.

Lebih lanjut diungkapkan, pihaknya juga telah memperoleh izin dari Kementerian Keamanan Makanan dan Obat (MFDS) pada bulan Oktober lalu untuk melakukan uji klinis fase pertama pengembangan DWRX2003 (nama bahan Niclosamide) di Korea Selatan.

Uji klinis fase pertama untuk pengembangan DWRX2003 di Korea Selatan telah dilaksanakan di Chungnam National University Hospital pada subjek manusia yang sehat dan pemberian obat dilakukan pada bulan November.

Dalam uji klinis ini, Niclosamide dan plasebo diberikan secara acak melalui penyamaran ganda dan penerapan kontrol plasebo.

Obat juga diberikan dalam satu waktu untuk memastikan keamanan dan menjaga tingkat konsentrasi obat dalam darah.

Daewoong Pharmaceutical juga mempercepat pengembangan global dengan melakukan uji klinis DWRX2003 fase pertama di India dan Filipina, termasuk Korea.

Di India, uji klinis fase pertama dan kedua telah memastikan keamanan pengobatan pada kelompok subjek pertama.

Uji klinis pada kelompok subjek ketiga juga sedang berlangsung dengan lancar.

Data subjek ras Kaukasia yang diperoleh dari uji klinis yang dilakukan di India akan digunakan sebagai data keamanan antar ras dan farmakokinetik saat melakukan uji klinis secara global seperti di Amerika Serikat dan Eropa.

Di Filipina, uji klinis fase pertama dilakukan pada pasien COVID-19 untuk meneliti keamanan dan efek pengobatan secara bersamaan.

Selain itu, Daewoong Pharmaceutical juga berencana untuk melanjutkan uji klinis fase kedua dan ketiga pada tingkat multinasional tahun ini berdasarkan hasil uji klinis fase pertama.

Daewoong Pharmaceutical juga akan segera mengajukan permohonan Accelerated Approval (Proses Pesetujuan Obat Jalur Cepat) dan Emergency Use Authorization (Izin Penggunaan Obat Darurat) setelah mendapatkan hasil uji klinis fase kedua.

Tinggalkan komen