Take a fresh look at your lifestyle.

Kebiasaan FOMO Bisa Bikin Milenial Frustasi

0 3,438
foto : ilustrasi (ist)

Jakartakita.com – Selama pandemi covid-19 pernahkah Anda tanpa pikir panjang membeli madu mahal clover honey dan tanaman kekinian?

Padahal sebelumnya tidak pernah mengonsumsi madu dan juga tidak hobi bercocok tanam tapi ikut membeli karena sedang hype di media sosial.

Melihat teman update Instagram stories dan tekanan peer pressure lainnya, ternyata bisa membuat kita merasa ingin seperti mereka, takut ketinggalan, dan merasa aktivitas tersebut perlu dilakukan. Inilah yang disebut dengan FOMO (Fear of Missing Out).

Menurut Growth Manager Super You by Sequis Online, Antonius Tan,  membeli tanaman dan mengonsumsi madu kekinian sebenarnya boleh saja asal dengan perhitungan, karena kebiasaan yang awalnya terlihat sepele, dapat menjadi salah satu ‘bocor halus’ yang akan mengganggu keuangan.

“Anggap saja setiap membeli tanaman atau madu, setidaknya menghabiskan hampir Rp500 ribuan/bulan. Madu dan tanaman hanya contoh saja, karena masih banyak keinginan lain yang jika disusun berdasarkan urutan pentingnya, bisa jadi hampir semua yang tadinya terasa seperti kebutuhan, ternyata hanya keinginan sesaat,” jelasnya, seperti dilansir dalam siaran pers, Rabu (02/12).

Lebih lanjut diungkapkan, milenial perlu menerapkan disiplin finansial sejak muda. Dimulai dari menyusun anggaran keuangan dan disiplin dilakukan setiap bulan demi mengontrol pendapatan yang diperoleh.

“Jangan lupa patuh pada anggaran yang sudah disusun. Jangan sampai uang sudah habis pada tengah bulan karena tergiur barang-barang lucu atau karena melihat teman lain sudah punya kemudian memaksakan diri juga harus punya. Padahal, masih ada biaya penting yang harus dibayar,” terangnya.

Ditambahkan, anggaran yang perlu disusun oleh milenial mungkin belum serumit mereka yang sudah berkeluarga, mungkin juga belum memiliki pendapatan dua digit.

Related Posts
1 daripada 2,599

Setidaknya, dari pendapatan yang ada, dibagi berdasarkan prioritas, seperti kebutuhan sehari-hari, sosial, dan dana darurat.

Setelah pos keuangan sudah terpenuhi maka akan lebih mudah menyisihkan sejumlah uang untuk keperluan tersier.

Tetapi, jika pos kebutuhan tersier sudah habis, jangan ganggu pos dana lainnya hanya untuk memenuhi FOMO.

“Jangan sampai kebutuhan dibayar dengan cara berutang, misalnya dengan kartu kredit, lalu dilunasi dengan cara cicilan minimum. Pengeluaran FOMO tanpa perencanaan hanya membuat kita menjadi milenial frustasi karena hanya sibuk mengurus utang,” jelasnya lagi.

Lantas, bagaimana jika ada sisa uang dari kebutuhan primer? Bisa juga dana sisa dipakai untuk keperluan tersier. Tetapi, ini pun tidak disarankan.

Sebaliknya, akan jauh lebih bijaksana jika sisa uang ini dialihkan menjadi tabungan atau investasi sehingga aset terus bertambah selagi muda. 

Lebih lanjut Antonius menyarankan milenial, untuk menyisihkan pendapatan untuk menabung atau investasi dan asuransi.

“Terpikirkan untuk memanfaatkan uang yang tadinya untuk memenuhi keinginan FOMO menjadi jauh lebih bermanfaat? Anda dapat alokasikan ke asuransi sebagai cara melindungi aset dan akan bermanfaat untuk masa depan. Salah satunya adalah asuransi kesehatan. Sebab, kita masih muda dan perjalanan kita masih panjang. Tetapi, bisa saja kita mengalami sakit. Saat harus mendapat perawatan medis, pastinya aset yang sudah kita kumpulkan bisa hilang begitu saja demi membayar biaya rumah sakit. Untuk itu, asuransi kesehatan wajib dimiliki milenial selagi sehat dan produktif supaya kita bisa fokus mencapai masa depan. Sementara jika terjadi risiko sakit ada perusahaan asuransi yang akan menanggung biaya pengobatannya sesuai perjanjian yang tercantum pada polis,” bebernya lagi.

Tidak perlu khawatir soal premi, karena saat ini asuransi sudah bisa dibeli dengan premi yang terjangkau.

Salah satunya, produk asuransi kesehatan Super Strong dari Super You by Sequis Online. Preminya hanya sekitar Rp28ribuan/bulan dan tidak mensyaratkan pemeriksaan kesehatan. Tetapi, sudah memberikan perlindungan terhadap 3 penyakit kritis: kanker, serangan jantung, dan stroke. Tersedia juga manfaat Uang Pertanggungan (UP) meninggal dunia non kecelakaan termasuk bila meninggal dunia karena covid-19.

Tinggalkan komen