Take a fresh look at your lifestyle.

Universitas Pertamina Gandeng DLHK Depok Hasilkan Pelet RDF Murah Berbahan Sampah

0 1,878
foto : istimewa

Jakartakita.com – Saban tahun, kebutuhan energi terus meningkat.

Melansir data dari Badan Pusat Statistik (BPS), kebutuhan energi pada 2050 diperkirakan mencapai 2,9 miliar setara barel minyak (SBM).

Angka ini melonjak lebih dari dua kali lipat dari proyeksi 2025 yang sebanyak 1,1 miliar SBM.

Dibanding sektor lainnya, bidang industri menuntut kebutuhan energi terbesar dengan perkiraan pertumbuhan rata-rata 3,9% per tahun.

Sementara itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, bahwa dari berbagai industri, konsumsi energi yang paling banyak berasal dari industri makanan sebesar 18,5%.

Kebutuhan energi ini, menuntut Indonesia harus bijak dalam mendiversifikasi sumber energi.

Salah satunya, melalui pengelolaan energi alternatif seperti sampah melalui teknologi Refused-Derived Fuel (RDF).

Related Posts
1 daripada 3,610

Menyikapi hal tersebut, tim peneliti Universitas Pertamina menggandeng Pemerintah Kota Depok, berupaya untuk mengelola sampah menjadi bahan bakar yang dapat digunakan oleh UMKM di Kota Depok.

Asal tahu saja, RDF merupakan teknologi pengolahan sampah melalui proses homogenizers menjadi ukuran yang lebih kecil. Hasilnya, sebagai sumber energi terbarukan dalam proses pembakaran, sebagai pengganti batu bara.

Dalam keterangan pers, Senin (21/2), I Wayan Koko selaku Dosen Teknik Lingkungan Universitas Pertamina mengungkapkan, bahwa timnya bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok telah berhasil memproduksi pelet RDF murah yang dapat dimanfaatkan UMKM makanan dan minuman.

“UMKM produsen tahu Depok telah memanfaatkan pelet RDF hasil penelitian Universitas Pertamina dan DLHK Kota Depok sebagai sumber energi murah. Harga pelet RDF hanya Rp. 300 per kg, dibanding harga batu bara yang mencapai Rp. 700 per kg. Dengan menggunakan teknologi rotary dryer, kami memanfaatkan berbagai sampah yang ada, mulai dari sisa makanan, sampah plastik, sampah kertas, dan sampah kebun, untuk dijadikan pelet RDF. Namun dari berbagai jenis sampah yang ada, kami menemukan bahwa sampah kertas dan perkebunan seperti kayu dan ranting, masih menjadi limbah terbaik untuk pembuatan pelet RDF,” ungkap Koko.

Pemilihan jenis sampah tersebut, lanjut Koko, disebabkan sampah kertas belum termanfaatkan secara optimal.

Serta memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampah taman, karena dibuat dari serat kayu sehingga memberikan bahan bakar dengan kualitas kepadatan yang baik.

“Adapun kertas memiliki nilai kalor 3024 kkal/kg yang dapat digunakan sebagai pelet RDF,” bebernya.

Lebih lanjut dijelaskan, kandungan limbah kertas dan sisa tumbuhan pada pelet RDF akan meningkatkan kekuatan struktur pelet, membuatnya lebih awet dan ramah lingkungan.

Saat ini, Koko bersama dengan peneliti tengah mengembangkan RDF pelet dari limbah makanan dan juga feses. (Edi Triyono)

Tinggalkan komen