Take a fresh look at your lifestyle.

Demi Bumi Great Eastern Life Indonesia Kampanyekan Wujudkan Gaya Hidup Tanpa Sampah (Zero Waste)

0 1,931

Jakartakita.com – Perkembangan zaman membuat segalanya mudah, termasuk gaya hidup. Akan tetapi, gaya hidup justru punya dampak negatif terhadap lingkungan, termasuk produksi sampah di indonesia. Oleh sebab itu, perubahan memperbaiki lingkungan diperlukan guna membendung dampak gaya hidup yang merusak. Salah satunya dengan konsep tanpa sampah (zero waste).

Konsep gaya hidup ini menjadi solusi permasalahan sampah dan lingkungan Indonesia yang sudah ada sejak lama. Maka, penting untuk ada pihak yang menyerukan gaya hidup ini. Salah satunya adalah Great Eastern Life Indonesia dalam kampanye utama Reach for Great.

Foto: Istimewa

Kampanye ini berlandaskan salah satu pilar keberlanjutan Perusahaan, yakni berfokus pada lingkungan. Dalam kampanye utama ini, Great Eastern Life Indonesia bekerja sama dengan Saya Pilih Bumi (bagian dari National Geographic Indonesia) untuk menyerukan gaya hidup tanpa sampah. Kolaborasi ini dilakukan lewat kampanye bertajuk Reach for a Greener Tomorrow sejak 26 Oktober, bertepatan dengan Sustainability Day.

Great Eastern itu di bidang asuransi. Sudah cukup lama 26 tahun,” kata Roy Hendrata selaku Head of Marketing Great Eastern Life Indonesia dalam gelar wicara Reach for a Greener Tomorrow: Kolaborasi Wujudkan Gaya Hidup Zero Waste untuk Bumi Selasa, 21 Februari 2023. Gelar wicara ini diadakan di Salihara Art Center, dan merupakan puncak rangkaian aktivitas kampanye, sekaligus bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional.

“Kita ingin menginspirasi masyarakat untuk bisa memiliki kehidupan yang lebih baik. Definisi inikan banyak indikatornya. Kalau mau hidup lebih baik lagi ada pribadi yang lebih hebat, jadi lewat premis itu kami memiliki sustainability pillar,” ucap Roy dalam acara diskusi Hari Peduli Sampah di Jakarta, (21/2).

Related Posts
1 daripada 6,311

Namun, untuk menjalankan gaya hidup tanpa sampah tidak bisa dilakukan sendiri. Perlu ada kesadaran terhadap permasalahan lingkungan, keinginan melakukannya, dan mengetahui cara penerapannya.

Zero waste ter-pop-up karena ada masalah di planet ini: isu sampah. Sejak dulu sudah ada
solusinya, tetapi kita lupa menerapkan solusinya
,” kata Ramon Y. Tungka sebagai penjelajah. Dia menekankan, gaya hidup bebas sampah tidak hanya dijalankan secara sendiri, tetapi punya pengaruh pada lingkungan sosial sekitarnya. “Kalau kita lakukan sendirian, mungkin akan cepat, tetapi enggak akan kemana-mana. Makanya perlu dilakukan secara bersama-sama,” lanjut Ramon.

Di dalam suatu lembaga, bahkan korporat sekalipun, gaya hidup tanpa sampah bisa diwujudkan. Sistem bisa dibentuk dari anggota yang bersama-sama membentuk kebiasaan. Pada akhirnya, kebiasaan tersebut menjadi budaya, sehingga memengaruhi sistem lembaga untuk mewujudkan gaya hidup tanpa sampah.

Great Eastern Life Indonesia justru berbeda. Alih-alih gerakan keberlanjutan dan mencintai lingkungan muncul dari kebiasaan, justru sudah menjadi perhatian komitmen perusahaan. “Sustainability pilar kami adalah lingkungan, peningkatan kesejahteraan, dan perusahaan yang bertanggung jawab,” ungkap Roy.

Sementara itu, penjelajah dan inisiator Gerakan Ekspedisi Nol Sampah Siska Nirmala mengatakan bahwa pada awalnya untuk menerapkan gaya hidup tanpa sampah memang sulit. Kesulitannya disebabkan ketergantungan kita untuk mengonsumsi) berbagai barang penghasil sampah. Memulai gaya hidup ini perlu cara yang bertahap dari diri sendiri.

Siska sendiri baru memulai gaya hidup tanpa sampah sejak 2012. Berkomitmen untuk hidup tanpa sampah, pada awalnya, sangat berat karena dilakukan sendirian. Hatinya bergerak melakukan hidup tanpa sampah ketika mendaki Gunung Rinjani yang penuh dengan sampah.

Seiring tahun demi tahun berjalan, dia mendapati bahwa gaya hidup tanpa sampah sudah banyak disuarakan dan dilakukan. Hal ini mempermudah bagi masyarakat lainnya untuk turut serta. (Edi Triyono)

Tinggalkan komen