Take a fresh look at your lifestyle.

Sebanyak 36 Karya Seni Pameran “Dialogue Of Papers” Memadukan Elemen Alam

0 1,427

Jakartakita.comInisiatif Years of Culture membuka pameran “Dialogue of Papers” di Galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki (TIM) di Jakarta pada 25 November hingga 16 Desember 2023.

Pameran ini diselenggarakan untuk menggambarkan media papermaking yang di balut dialog budaya melalui karya seni kolaboratif. Dialogue of papers ini yang mempertemukan dua seniman luar biasa: Seniman Oatar, Yousef Ahmad, dan seniman Indonesia, Widi Pangestu.

Foto: Jakartakita.com/Edi Triyono

Hasil karya keduanya kemudian dikuratori oleh Pakar Museum Senior dari Years of Culture, Dr. Aisha Al Misnad. Pameran “Dialogue of Papers” menampilkan hasil lokakarya kolaboratif yang diselenggarakan di Oatar, di mana Yousef Ahmad dan Widi Pangestu memadukan elemen-elemen alam yang unik dari kedua negara. Kolaborasi ini melibatkan perpaduan bubur kertas pohon palem dari Oatar dengan bubur kertas abaca dan murbei dari Indonesia. Hasilkan 36 karya seni yang akan dipamerkan di Galeri Emiria Soenassa, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

“Konsep Dialogue of Papers merupakan warisan dari kemitraan Year of Culture dengan Jepang. Kami sangat senang dapat menjadi tuan rumah bagi Widi Pangestu di Doha untuk lokakarya dengan Yusuf Ahmad. Karya seni yang dihasilkan menawarkan eksplorasi konsep-konsep yang menarik seperti kepenuhan dan kekosongan, perbedaan dan kesamaan, dan kekuatan dialog melalui kreativitas bersama. Ini adalah representasi visual dari hubungan mendalam antara Oatar dan Indonesia, yang melampaui batas-batas geografis melalui seni,”ucap Dr. Aisha Al Misnad dalam jumpa pers di TIM, Jakarta, Jum’at (24/11).

Asal tahu aja, Yousef Ahmad adalah salah satu seniman Oatar yang paling terkemuka dan dia adalah salah satu dari generasi pertama seniman Oatar yang belajar di luar negeri. Ia memulai karir artistiknya pada tahun 1970-an dengan menciptakan karya seni dengan bereksperimen dengan berbagai bentuk dan struktur, dengan ambisi untuk membentuk narasi baru.

Ketertarikannya untuk berkarya di atas kertas dimulai pada tahun 1980-an, dan sejak saat itu ia bereksperimen dengan berbagai jenis kertas yang berasal dari berbagai tempat. Hal ini memengaruhinya pada dua puluh tahun yang lalu untuk membuat kertasnya sendiri, dengan menggunakan pohon palem Oatar.

Sejak saat itu, ia memahami bahwa kertas buatan tangan memberikan karyanya makna yang lebih mendalam dan kualitas visual yang berbeda. Baginya, ini adalah cara untuk.terhubung dengan tanah Oatar, akarnya, dan kenangan pribadinya.

Related Posts
1 daripada 5,309

Sementara itu, Widi Pangestu adalah seorang perupa perintis Indonesia yang karyanya dicirikan oleh penggunaan dan eksplorasi pembuatan kertas dalam praktik artistiknya. Sepanjang kariernya, ia berfokus pada kertas sebagai media utama untuk produksi dan refleksinya, meneliti dan bereksperimen dengan kemungkinannya sebagai sarana untuk menciptakan makna.

Foto: Jakartakita.com/Edi Triyono

Ia melihat potensi kertas di luar fungsi historis dan tradisionalnya sebagai media untuk menulis dan melukis. Baginya, pembuatan kertas menawarkan hubungan yang unik dan abadi yang membentang dari masa lalu hingga masa kini, dan bahkan ke masa depan.

Karya-karya seninya yang unik mengeksplorasi hubungan dan pengalaman manusia melalui perkembangan pembuatan kertas yang terus menerus sepanjang sejarah.

Pameran ini menyelidiki cara-cara di mana lingkungan, lanskap, dan iklim yang berbeda telah mempengaruhi kehidupan dan pengalaman orang-orang di Oatar dan Indonesia. Indonesia, sebuah negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau yang rimbun dan hijau, memiliki hutan lebat yang dipenuhi dengan tanaman dengan beragam bentuk dan warna.

Kontrasnya sangat mencolok jika dibandingkan dengan Oatar, sebuah semenanjung yang sebagian besarnya dicirikan oleh lanskap gurun, wilayah yang pada awalnya tampak tidak memiliki flora. Namun, gurun tersebut telah dengan murah hati memberikan anugerah kepada pohon palem, yang telah tumbuh subur dalam menghadapi kondisi yang keras dan sumber daya air yang terbatas.

“Dialogue of Papers” diluncurkan sebagai proyek warisan dari Year of Culture Oatar-Japan, sebuah pameran yang diselenggarakan untuk menandai 50 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara. Pameran berulang ini kini telah menjadi salah satu acara tahunan utama inisiatif Ini sebagai residensi bagi seniman internasional dari negara-negara mitra.

Pengunjung yang datang juga bisa bincang-bincang publik yang di adakan oleh Yousef Ahmad dan Widi Pangestu setiap hari pukul 13.00 WIB untuk membahas karya-karya mereka. (Edi Triyono)

Tinggalkan komen