Kita Telah Terlalu Lama Memunggungi Laut

Jakartakita.com – “Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudra, memunggungi selat dan teluk. Kini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga Jalesveva Jayamahe, di laut justru kita jaya, sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu, bisa kembali membahana,”  ujar Direktur Pengembangan Organisasi PPM Manajemen, Triono Saputro, saat membuka gelaran Diskusi Forum Interaktif terkait Maritim di Surabaya akhir April lalu seraya mengutip pidato pelantikan Presiden RI Joko Widodo.

Indonesia ingin mengembalikan kejayaan dari kelautan, dengan cara menggali potensi kelautan lewat menghubungkannya dalam tol laut. Bak sebuah ekosistem, banyak sekali faktor yang bersentuhan dengan tol laut ini, seperti sektor perikanan, infrastruktur, transportasi dan pergudangan, energi, kawasan industri,  dan lain sebagainya.

Tol Laut, tentu saja bukan membangun jalan tol di atas laut. Ini adalah program pemerintahan yang baru, yakni program terintegrasi yang bukan hanya membangun pelabuhan saja, tapi dilakukan mulai dari membangun jaringan rel kereta, menyiapkan armada angkutan truk dan bus, juga percepatan wilayah yang bisa dijadikan industri. Bisa dibilang ini adalah persoalan yang bermula dari pesisir sampai mendalam kedaratan.

Infrastruktur pelabuhan yang memadai untuk perpindahan barang ke jalan, rel dan moda air pedalaman akan menarik pengguna jasa untuk menggunakannya sebagai alat distribusi logistik berbiaya rendah. Diperlukan kesiapan pelabuhan dan pengatur pelayaran serta penataan kendaraan pengangkut barang. Harapannya kepadatan truk pengangkut di pelabuhan bisa dikurangi,  sehingga bisa menghasilkan pergerakan barang yang efisien.

Baru-baru ini Terminal Teluk Lamong dengan investasi 3,4 triliun rupiah diresmikan oleh PT Pelindo III, Pengoperasian Terminal Teluk Lamong akan terintegrasi dengan transportasi kereta, sejalan dengan telah selesainya pembangunan jalur ganda rel kereta api Surabaya – Jakarta. Dengan harapan dari pembangunan infrastruktur ini dapat memindahkan 30 persen beban logistik dari jalan darat ke rel kereta api.

Terintegrasinya moda transportasi sangat tergantung dari infrastruktur dan kesiapan operator pelabuhan untuk mengatur pergerakan barang. Direktur Operasi dan Teknik  PT Pelindo III (Persero), Rachmat Satria, menyebutkan bahwa Pelindo 3 sudah mulai memperbaiki infrastruktur, namun banyak faktor yang mendukung agar lancarnya logistik di pelabuhan, misalnya saja transportasi darat.

Dari sisi kepabeanan, Rachmat mengakui bahwa sudah mulai ada otomatisasi, namun kembali harus banyak sosialisasi mengenai prosedur dan aturan main. Sedangkan Deputy CEO PT Kamadjaja Logistics, Ivy Kamadjaja, sebagai pelaku bisnis menyimpulkan dari kejadian di lapangan bahwa biaya tinggi karena transportasi dan storage. Perbaikan fasilitas pelabuhan juga belum menyeluruh, pun demikian dengan jalur transportasi lainnya.

Menurut CEO PT Kelola Mina Laut, M Nadjikh. tarif pelabuhan masih terlalu tinggi dan pelabuhan ekspor masih sedikit. Jadi Indonesia memang harus fokus di pembangunan transportasi laut karena termasuk negara kepulauan, tapi jangan cuma jadi wacana melainkan harus action.

Saat ini perlu menggenjot pertumbuhan industri di berbagai daerah dan tidak hanya terpusat di pulau Jawa. Sehingga, ketika muatan kapal pergi-pulang dipenuhi oleh muatan maka biaya transportasi pengiriman barang bisa ditekan.

Gelaran Diskusi Forum Interaktif terkait Maritim di Surabaya juga merupakan aksi nyata kontribusi PPM Manajemen, yang tahun ini menapaki usia ke-48, dalam merespon kegalauan yang menerpa ketika melihat kondisi gelanggang bisnis maritim. Harapannya dengan diskusi ini akan dipanen buah yang akan dipersembahkan bagi kemajuan bangsa.

diskusilogistikmaritimsurabayatol laut
Comments (0)
Add Comment