Take a fresh look at your lifestyle.

Hadapi MEA, Sektor Konstruksi Harus Siap

0 837

th

Jakartakita.com – Sektor konstruksi harus menjadi salah satu sektor prioritas pemerintah mendatang demi mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri sejalan dengan Masterplan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) khususnya dalam peningkatan konektivitas antar pulau dan koridor ekonomi serta menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan diterapkan di Indonesia tahun 2015.

Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Hermanto Dardak menegaskan, Pasar Tunggal ASEAN bukan berarti pasar bebas yang sebebas-bebasnya. Untuk melakukan usaha jasa konstruksi di Indonesia, Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing (BUJKA) harus bekerjasama dengan BUJKN (Nasional) yang berkualifikasi Besar dalam bentuk Joint Operation (JO) atau Joint Venture (JV) dengan Foreign Equity Participation (penyertaan modal asing) saat ini dibatasi maksimal sebesar 55% untuk kontraktor dan 51% untuk konsultan.

Related Posts
1 daripada 5,619

“Batasan tersebut akan menjadi 70% setelah terbentuknya MEA pada akhir tahun 2015. Dengan demikian, jelas bahwa masuk atau tidaknya BUJKA (ASEAN) ke Indonesia tergantung pada kesiapan/daya saing BUJKN. Saat ini terdaftar 16 BUJK ASEAN yang telah membentuk Representative Office (Kantor Perwakilan) di Indonesia,” tutur Wamen PU, di Jakarta, Kamis (5/6).

Ditambahkan, BUJKN kualifikasi Besar yang akan menjadi pesaing atau mitra yang terdaftar di LPJK saat ini, berjumlah lebih-kurang 1.300 badan usaha. Disamping itu, tenaga kerja jasa konstruksi asing juga masih dibatasi hanya untuk level direktur, manager dan expert serta harus memenuhi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan dan keimigrasian.

Pergerakan tenaga kerja (Movement of Natural Person/MNP), secara umum juga dibatasi pada tiga status, yaitu: business visitor, intra-corporate (dalam satu perusahaan) dan contracted person (tenaga kerja yang dipekerjakan oleh BUJKA yang telah mendapat kontrak kerja). Artinya, tidak dimungkinkan adanya tenaga kerja ASEAN yang mencari pekerjaan secara individual (job seeker) di Indonesia.

Hermanto juga meyakini, tenaga kerja konstruksi Indonesia memiliki daya saing komparatif yang relative tinggi di lingkungan ASEAN.

 

Tinggalkan komen