Take a fresh look at your lifestyle.

Begini Budaya Kerja Perusahaan Rintisan di Australia

0 1,536
foto ; dok. Jora
foto ; dok. Jora

Jakartakita.com – Australia dikenal sebagai salah satu negara tujuan imigran untuk hidup dan bekerja. Tersedianya fasilitas sekolah dan kesehatan publik gratis, penduduk yang berbahasa Inggris serta kehidupan multkultural, merupakan faktor utama yang menjadikan negara ini sebagai tempat tinggal pilihan.

Lantas, bagaimana dengan budaya kerja di Australia, khususnya untuk sebuah perusahaan rintisan (startup)?

Menurut Rizka Tsalasi, Country Manager Indonesia di Jora, startup asal Australia yang bergerak di bidang informasi lowongan kerja, perusahaan rintisan (startup) di Australia memiliki budaya kerja yang lebih fleksibel.

Karyawan disini bebas bekerja dimana saja, selama ada koneksi internet dan bisa ikut rapat dengan menggunakan Skype.

“Jadi kalau memiliki keluarga, keuntungan kerja di startup adalah bisa bekerja dari rumah, sehingga lebih mudah mengatur waktu dengan keluarga”, kata Rizka Tsalasi, dalam siaran pers yang diterima Jakartakita.com, baru-baru ini.

Ditambahkan, untuk jam kerja pun masih 8 jam sehari, tapi karyawan tidak perlu berada di kantor selama 8 jam. Karyawan bisa datang lebih awal, misalnya jam 7 pagi dan pulang jam 3 sore. Dengan demikian mereka bisa menghidari kemacetan yang padat di pagi hari dan jam pulang kerja.

“Karyawan memiliki otonomi besar, tapi harus bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang ditentukan,” tutur Rizka.

Lebih lanjut dijelaskan, keuntungan dari semakin banyaknya startup di Australia adalah bermunculannya lowongan kerja yang mencari kandidat dengan kemampuan bahasa tertentu, seperti Mandarin, Spanyol, Portugis, Perancis, Indonesia, dan sebagainya.

Artinya, semakin banyak peluang untuk mendapatkan pekerjaan di Australia bagi kaum pendatang atau imigran dengan memanfaatkan kemampuan bahasa.

Related Posts
1 daripada 8,783

Yang menarik, lanjut Rizka, perusahaan berbasis teknologi biasanya menyediakan sponsor bagi karyawan yang tidak memiliki izin kerja di Australia. Sejumlah ruby developer di Jora misalnya, berasal dari China serta Korea dan disponsori untuk bekerja di Australia.

Budaya Startup

Menurut Rizka, suasana multikultur terlihat kental di Jora yang saat ini memiliki 18 karyawan yang berasal dari negara berbeda.

Karena itu, sejumlah acara bertema budaya kerap digelar, seperti potluck dari negara masing-masing.

foto ; dok. Jora
foto ; dok. Jora

Perusahaan juga memberi perhatian khusus kepada mereka yang menggunakan transportasi sepeda ke kantor. Disini tersedia fasilitas parkir khusus sepeda dan juga shower untuk menyegarkan diri setelah bersepeda.

Hal ini guna mendukung anjuran pemerintah Australia untuk menjaga kebugaran serta mengurangi polusi.

Untuk memudahkan karyawan, makanan pokok seperti roti, sereal, teh, dan kopi gratis selalu tersedia kapan saja. Sementara buah segar tersedia dua kali dalam seminggu.

Jora juga membebaskan karyawan untuk mengambil cuti sakit tanpa batas. Ini adalah budaya yang mulai banyak diterapkan perusahaan teknologi di negara maju seperti Amerika dan Australia.

“Fasilitas seperti otonomi dan fleksibilitas kerja sangat penting bagi perusahaan yang ingin terus berinovasi. Tentu hal ini hanya bisa dilakukan jika ada rasa saling percaya bahwa karyawan akan melakukan hal yang benar dan selalu dapat menyelesaikan pekerjaannya,” jelas Rizka.

Jora sendiri merupakan startup asal Australia yang diluncurkan dalam Bahasa Indonesia bulan Januari 2016 lalu. Hingga saat ini Jora menyediakan informasi lowongan kerja di 17 negara yang dapat diakses gratis dan tersedia di App Store maupun Google Play.

 

Tinggalkan komen