Devaluasi Yuan Bikin Geger, Saham Wall Street Berguguran. Perang Mata Uangkah?
Jakartakita.com – Kebijakan Tiongkok yang tiba-tiba menurunkan nilai mata uang Yuan (devaluasi) sebesar hampir dua persen (1,9%), bikin geger saham-saham di Wall Street.
Di antara saham-saham yang turun tajam, Apple menukik 5,2 persen dan General Motors (GM) jatuh 3,5 persen, keduanya mengandalkan Tiongkok sebagai pertumbuhan pasar utama.
GM mengatakan, dampak fluktuasi yuan “terbatas dan dapat dikelola”, sebagian karena pabrik-pabriknya di Tiongkok memberi mereka “lindung nilai alami” terhadap pergerakan mata uang.
“Kami terus memperkirakan hasil yang kuat di Tiongkok akan bertahan hingga sisa tahun ini,” pembuat mobil Amerika Serikat itu dalam sebuah pernyataan.
Perusahaan-perusahaan Tiongkok yang tercatat di pasar saham Amerika Serikat juga turun, termasuk Alibaba yang turun 3,9 persen, Baidu yang merosot 5,0 persen dan JD.com menukik 6,8 persen.
Produsen logam Freeport-McMoRan dan Alcoa masing-masing turun tajam 12,3 persen dan 6,0 persen, karena harga aluminium dan tembaga mundur setelah devaluasi yuan.
Sementara saham Google melonjak 4,3 persen setelah mengumumkan struktur perusahaan baru di mana perusahaan mesin pencari itu akan menjadi bagian dari sebuah perusahaan besar yang akan dinamai Alphabet.
Dilansir dari Reuters, Selasa (11/8/2015), langkah ini dilakukan, karena ekspor Tiongkok turun lebih dari 8% sepanjang Juli 2015.
Walhasil, tindakan Tiongkok ini ikut mengerek turunnya mata uang negara partner dagang Tiongkok, seperti Australia, Selandia Baru, dan bahkan Jepang.
“Apa yang menarik dari pergerakan hari ini? Tidak ada ukurannya. Kita balik ke posisi di September 2012. Ini adalah perang mata uang,” tandas Analis, Simon Derrick.