Take a fresh look at your lifestyle.

Travis Kalanick, Sang Miliarder di Balik Suksesnya Uber

0 953
foto: istimewa
foto: istimewa

Jakartakita.com – Meski kontroversial, layanan pemesanan taksi online Uber menjadi kian populer sekarang ini. Hal ini terbukti dengan kesuksesan Uber beroperasi di 311 kota dan 58 negara di seluruh dunia. Tak hanya menawarkan jasa mobil sewaan.  Uber kini merilis fitur baru seperti UberEATS dan UberRush yang merupakan layanan pengiriman makanan dan jasa kurir.

Kesuksesan Uber tak lepas dari tangan dingin Travis Kalanick, sang founder dan CEO Uber. Siapakah dia?

Kalanick lahir 38 tahun lampau di Los Angeles, California. Ibunya bekerja di bidang periklanan dan ayahnya, Donald, bekerja di pemerintahan kota Los Angeles. Saudaranya Cory berprofesi sebagai pemadam kebakaran.

Kalanick harus mengubur dalam-dalam impian masa kecilnya menjadi seorang agen rahasia, karena rupanya Kalanick lebih berbakat di dunia bisnis. Pada umur 18 tahun, Kalanic sudah mendirikan bisnis sendiri yang berkiprah di bidang bimbingan belajar.

Related Posts
1 daripada 6,222

Kalanick kuliah di University of California dan mengambil jurusan teknik komputer. Di masa kuliah ini, ia turut mengerjakan proyek bernama Scour yang gunanya untuk berbagi file. Scour adalah mesin cari peer to peer yang cukup populer di zamannya.

Scour menarik minat banyak investor dan Kalanic pun nekat berhenti kuliah demi bisa fokus di Scour. Namun sayangnya, kesuksesan Scour tidak bertahan lama. Scour  dibenci oleh para penyedia konten karena memungkinkan konsumen memiliki konten tanpa membayar. Akibatnya, Scour digugat USD 250 miliar. Pada akhirnya, popularitas Scour semakin turun dan bangkrut.

Kalanick tidak menyerah dengan kegagalan Scour. Tak lama berselang, dia membuat perusahaan baru bernama RedSwoosh. Fokus perusahaan ini adalah menghantarkan konten web pada user dengan biaya murah. Sayangnya, usaha ini pun gagal. Kalanick pun memilih untuk menjualnya kepada Akamai Technologies dengan nilai sekitar USD 20 juta.

Pada tahun 2008, Kalanick dan penggiat startup lain bernama Garret Camp menghadiri konferensi teknologi LeWeb di Paris untuk mencari ide. Salah satunya adalah aplikasi penyewaan mobil. Tapi ide aplikasi itu dianggap kurang menarik dibanding ide yang lain

Sekembalinya ke San Francisco, Kalanick sudah agak melupakan ide penyewaan mobil itu, tapi tidak dengan Camp. Ia terobsesi dengan ide itu, kemudian membeli nama domain UberCab.com. Camp berhasil meyakinkan Kalanick kalau mereka akan berhasil.

Layanan UberCab pun lahir di San Francisco pada tahun 2010 dengan dana terbatas dan sedikit karyawan. Kemudahan yang ditawarkan aplikasi ini, di mana pengguna tinggal memanggil taksi dan membayar dengan kartu kredit, membuat bisnisnya dilirik karena unik. Seiring dengan waktu, Uber pun semakin populer.

Tinggalkan komen