Take a fresh look at your lifestyle.

Perusahaan Tambang Blackspace Bantah Alami Kebangkrutan Akibat Kebijakan Relaksasi Ekspor Mineral

0 1,624
foto : jakartakita.com/edi triyono
foto : jakartakita.com/edi triyono

Jakartakita.com –  Kebijakan relaksasi ekspor konsentrat dan mineral mentah kadar rendah telah memberikan sinyal buruk bagi investasi pembangunan smelter dan iklim investasi secara keseluruhan.

Tak heran banyak perusahaan smelter atau pengolahan mineral menghentikan operasinya.

Terkait kondisi ini, perusahaan asal Rusia, yang bergerak di bidang pertambangan, PT Blackspace, membantah mengalami kebangkrutan akibat kebijakan relaksasi ekspor mineral Indonesia.

Yosef Paskananda selaku Direktur Bisnis Blackspace menjelaskan, saat ini Blackspace sedang memproses penyelesaian tahap akhir dan uji coba atau commisioning di fasilitas pengolahan hasil tambang atau smelter mereka

“(justru) Kita akan membangun 10 smelter dan saat ini Blackspace memang sedang melakukan proses commisioning terhadap dua smelter mereka yang baru rampung dua bulan lalu,” terang Yosef di Jakarta, rabu (09/8/2017).

Kedepannya, lanjut dia, perusahaan bisa menghasilkan produk yang lebih berkualitas.

Related Posts
1 daripada 6,413

“Kita lagi commisioning, lagi progres menuju optimalisasi, menentukan standar nikel yang baik, mungkin bulan depan bisa dilakukan (pengolahan),” sambung Yosef.

foto : istimewa
foto : istimewa

Ditambahkan, saat ini Blackspace tidak hanya fokus pada industri smelter saja, namun juga pengembangan terhadap lima tambang nikel Indonesia, yakni Morowali di Sulawesi Tengah dan Kabaena di Sulawesi Tenggara.

“Di Kabaena ada dua, di Morowali ada tiga. Di Kabaena, cadangannya itu 50 juta ton. Kalau di Morowali cadangannya hampir sama, nikel semua,” tuturnya.

Sementara itu, Ramli Halim selaku Direktur PT Macika Mineral Industri, juga memberi pernyataan serupa. Ia membantah pihaknya gulung tikar akibat kebijakan relaksasi ekspor mineral.

Menurutnya, perusahaan smelter yang merugi diantaranya adalah perusahaan yang hanya fokus di industri smelter saja.

“Jadi, yang ribut itu adalah mereka yang tidak punya tambang. Kalau kita semua yang punya tambang, ya kami tidak apa-apa. Malahan itu sangat membantu keuangan dari pengusaha smelter tersebut,” tandasnya. (Edi Triyono)

Tinggalkan komen