Take a fresh look at your lifestyle.

Luncurkan Produk Baru, Solusi Nojorono Atasi Dampak Pandemi COVID-19

0 5,765
Foto (istimewa) : Arief Goenadibrata, Managing Director PT Nojorono Tobacco International, tampak sedang memberikan pemaparan media terkait produk terbaru PT Nojorono Tobacco International yaitu Minak Djinggo Rempah, saat acara media gathering di Kafe Roeang Tamoe, Jakarta, Kamis (02/7)

Jakartakita.com – Dalam situasi perekonomian yang tengah terdampak pandemi global Covid-19, produsen rokok terbesar kelima di Indonesia, PT Nojorono Tobacco International justru meluncurkan produk terbaru dalam kelas Sigaret Kretek Tangan (SKT). Produk terbaru Luncurkan produk terbaru, Solusi Nojorono atasi Dampak Pandemi COVID-19 ini dikemas dengan merek, Minak Djinggo Rempah.

“Pemikiran akan lahirnya sebuah produk baru bernama Minak Djinggo Rempah ini berawal dari keinginan PT Nojorono Tobbacco International untuk menjamin keberlangsungan lapangan kerja dan terus bergeraknya roda ekonomi masyarakat di tengah pandemi. Pilihan produk baru, jatuh pada tipe SKT yang mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga dampaknya akan lebih terasa. Minak Djinggo Rempah membidik seluruh kalangan masyarakat, dengan memperhitungkan potensi pasar milenial yang berkarakter unik dan kuat, namun tetap menginginkan harga terjangkau,” jelas Arief Goenadibrata, Managing Director PT Nojorono Tobacco International seperti dilansir dari siaran pers, yang diterima Jakartakita.com, baru-baru ini.

Sebagai pemilik merek dagang Minak Djinggo, Arief juga mengatakan, bahwa Nojorono secara konsisten disiplin dalam prosedur baku pemilihan dan penggunaan tembakau serta cengkeh terbaik sebagai bahan dasar produk Sigaret Kretek Tangan.

Melalui produk terbaru Minak Djinggo Rempah ini, Nojorono dengan bangga mempersembahkan keseimbangan antara kualitas dan cita rasa khas rempah Indonesia yang memenuhi standar higienis dan freshness of product.

Sementara itu, Daniel Halim selaku Project Manager Minak Djinggo Rempah mengatakan, riset yang dilakukan oleh tim untuk memproduksi produk ini relatif singkat dibandingkan dengan riset yang biasa dilakukan.

“Dalam waktu kurang lebih 2.5 bulan, kami mengembangkan ramuan warisan yang telah turun temurun dimiliki Nojorono sejak tahun 1932 hingga akhirnya bisa melahirkan sebuah cita rasa rokok yang khas. Layaknya asupan kaya rempah, yang kaya manfaat, Minak Djinggo Rempah diramu istimewa dengan jahe, sereh, secang kayu manis, dan berbagai rempah lainnya sehingga menghadirkan sensasi hangat dan aroma yang menyegarkan,” urai Daniel Halim.

Related Posts
1 daripada 3,178

Ditambahkan, dari sisi kemasan, Minak Djinggo Rempah dikemas khusus dengan teknik double protection yakni kemasan dalam menggunakan system shell&slide dengan pembungkus aluminium foil, lalu di bagian luarnya dibungkus lagi dengan bungkus BOPP yang bertujuan untuk menjaga product freshness dan terakhir dibalut dengan desain bernuansa batik yang bertujuan menjaga nilai-nilai tradisi yang dipegang teguh oleh Nojorono.

Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap berbagai bidang, termasuk pada dunia bisnis dan industri. Tak terkecuali, industri tembakau.

Mengutip data Nielsen, industri rokok di sepanjang Januari – Februari 2020 turun sekitar 3,8% dibandingkan periode sama tahun 2019 lalu.

“Selain pandemi, kenaikan pita cukai pun memberi pengaruh. Tapi walaupun kondisi ekonomi sedang kurang baik saat ini, kami terus berusaha keras agar jangan sampai terjadi pemutusan kerja. Sebab bagi kami karyawan adalah aset yang sangat berharga,” jelas Arief Goenadibrata.

Lebih lanjut diungkapkan, di masa pandemi ini, Nojorono memberlakukan protokol kesehatan yang cukup ketat bagi para pekerjanya. Seperti adanya Satgas Covid-19, membuat protokol kesehatan untuk menjaga agar tidak terjadi penularan virus. Pegawai yang masuk pun, terlebih dahulu harus melalui cek suhu, cuci tangan dengan sabun, menggunakan masker, dan mendapatkan suplemen vitamin C.

“Salah satu sektor yang cukup merasakan imbasnya di industri tembakau yaitu para buruh linting. Pekerja yang sehari-hari mengandalkan hidup sepenuhnya dari melinting. Sebagian besar dari mereka adalah ibu-ibu, yang menjadi tulang punggung kehidupan keluarganya. Untuk itu, kami rasa memang perlu suatu terobosan agar nasib para buruh linting ini dapat terselamatkan,” tandasnya.

Tinggalkan komen