Karena Jodoh Tidak “Ujug-Ujug” Jatuh dari Langit!
Zaman sekarang, rasanya bukan hal aneh bagi kaum profesional seperti di ibu kota Jakarta yang masih melajang di usia yang tak lagi belia. Maklum, kehidupan kaum profesional di Jakarta cukup keras.
Bayangkan saja, pagi-pagi sekali para profesional ini sudah meninggalkan rumah atau apartemen menuju kantor demi menghindari macet. Itupun kadang perkiraan mereka meleset, mereka pun terpaksa berusaha berdamai dengan macet kalau tak ingin berdesak-desakan di KRL commuter line.
Sesampainya di kantor, setumpuk deadline pekerjaan telah menanti untuk dieksekusi. Agenda meeting pun berjibun. Kelar berjibaku dengan urusan kantor sepanjang hari, para profesional ini kembali harus menerjang jalanan ibu kota yang macet. Tak jarang mereka harus pulang larut, padahal besok pagi harus kembali ‘ngantor’. What a life!
Makanya tak heran kalau para profesional ini tak punya waktu untuk sekedar mencari pasangan. Meski punya karir cemerlang, harta berlimpah, mereka terpaksa harus menyandang status ‘high quality jomblo’. Seperti yang dialami banyak teman saya yang punya karir bagus.
Ketika akhirnya mereka berada di satu fase dimana pertanyaan “kapan kawin?” semakin gencar. Beberapa dari mereka pun ada yang berikhtiar minta tolong orang untuk dikenalkan dengan jomblo lain, atau pasrah kalau harus dijodohkan oleh orang tua. Namun ada juga segelintir orang yang masa bodoh, tenggelam dalam kesibukan karirnya sambil menunggu jodoh jatuh dari langit.
Dalam kepercayaan saya, Allah memang sudah memasang-masangkan laki-laki dan perempuan bahkan sebelum mereka dilahirkan ke dunia. Namun sama seperti rezeki, jodoh juga harus dijemput. Karena jodoh tidak ‘ujug-ujug’ jatuh dari langit. Bagaimana seseorang bisa tahu kalau Anda adalah high quality jomblo yang sedang menunggu belahan jiwa kalau Anda tak pernah membuka diri?
Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan Zola Yoana, seorang certified matchmaker jebolan sebuah universitas ternama di New York yang menghasilkan para matchmaker terbaik di dunia. Bagi yang belum tahu apa itu matchmaker. Matchmaker adalah ‘mak comblang’ profesional. Berbeda dengan istilah mak comblang yang biasa kita dengar, matchmaker itu lebih ke konsultan percintaan yang akan membantu seorang jomblo menemukan belahan jiwanya.
Mungkin di Indonesia, istilah matchmaker masih belum terlalu dikenal. Tetapi di luar negeri, profesi matchmaker sama bergengsinya dengan konsultan keuangan, konsultan pajak, pengacara bahkan dokter.
Logikanya, saat keuangan Anda ‘amburadul’ maka Anda butuh seorang konsultan keuangan untuk membantu membenahi. Begitupun saat Anda belum juga menemukan tambatan hati, maka Anda butuh seorang matchmaker.
Di Indonesia sendiri baru Zola Yoana yang punya sertifikat internasional sebagai matchmaker. Makanya dia nekat membuka jasa matchmaking lewat Heart Inc untuk membantu para profesional yang super sibuk ini menemukan tambatan hatinya.
Meski calon klien yang berminat memakai jasa Zola harus mendaftarkan terlebih dahulu lewat situs Heart Inc dengan mengisi formulir registrasi. Namun, Heart Inc bukanlah biro jodoh konvensional. Data klien pun tidak dipajang di website. Semuanya confidential, hanya Zola dan tim yang berhak memverifikasi sebelum akhirnya disodorkan kepada klien yang tepat.
Setelah registrasi, dan proses verifikasi oleh tim, barulah Zola menjadwalkan pertemuan pertama dengan sang klien untuk menggali lebih dalam tentang kepribadian dan latar belakang calon klien. Sebagai matchmaker, Zola menempatkan diri sebagai sahabat, tempat dimana klien bisa curcol dengan bebas.
Dalam menjalankan bisnis nya, Zola selektif dalam memilih klien. Dia mensyaratkan kliennya memiliki nilai hidup yang baik. Di samping itu, syarat utama menjadi member Heart Inc adalah sedang tidak terikat hubungan.
Setelah sesi wawancara pertama biasanya Zola sudah tahu kira-kira layanan apa yang cocok untuk si klien. Jadi tidak ‘ujug-ujug’ Zola menawarkan keanggotaan senilai 2.000 hingga 3.000 dolar AS untuk matchmaking service-nya. Bisa saja sang klien ditawarkan untuk jasa image consultant, untuk memperbaiki penampilannya, cara bicara dan hal-hal lain yang menurut Zola selama ini menghambat si klien menemukan jodoh.
Zola juga akan mengakomodasi bagi para kliennya yang menginginkan pasangan hidup dari luar negeri. Karena sebagai certified matchmaker, Zola menjalin networking dengan matchmaker lain di luar negeri.
Yang jelas di Heart Inc, Anda tidak akan menemukan istilah blind date seperti yang biasa terjadi biro jodoh konvensional atau online dating. Karena sebelum pertemuan pertama klien dengan calon tambatan hatinya, Zola dan tim sudah menginvestigasi masing-masing klien. Bahkan ada tim yang bertugas mengecek alamat, kondisi finansial, status perkawinan, dan pernah tidaknya klien punya catatan kejahatan di kepolisian. Jadi semuanya aman!
Memang sih, Heart Inc tidak bisa menjamin menjamin pasangan yang dijodohkan dapat melangkah sampai ke jenjang pernikahan. Tetapi setidaknya ini salah satu ikhtiar yang bisa dilakukan untuk menjemput sang belahan jodoh.
Bukan berarti juga jomblo yang memakai jasa matchmaker adalah mereka yang sudah mentok. Bukan! Justru jasa matchmaker itu dipakai karena si high quality jomblo ini terlalu sibuk untuk sekedar kencan dengan banyak orang tanpa juntrungan. Para high quality jomblo juga tak punya cukup waktu untuk menyelidiki latar belakang teman kencannya.
Maklum, para high quality jomblo ini memang benar-benar lajang berkualitas dengan karir cemerlang dan punya banyak uang. Siapa sih perempuan yang tidak mau dengan pria macam itu? Siapa sih pria yang tak mau dengan perempuan macam itu? Makanya banyak orang yang rela mati-matian bersandiwara demi mendapatkan pasangan hidup yang tajir dan sukses, padahal tujuannya hanya untuk ‘porotin’ harta sang korban.
Nah, daripada menyesal salah pilih karena terburu-buru ingin menjawab pertanyaan “kapan kawin?”. Mengapa tak mencoba berikhtiar dengan memakai jasa matchmaker? Siapa tahu sang belahan jiwa juga sudah menanti Anda di sana.
(Disclaimer: Rubrik “Jakarta Kita” adalah kumpulan artikel non formal yang lebih bersifat opini atau fiksi bukan bagian dari berita resmi jakartakita.com)