Take a fresh look at your lifestyle.

Sayang Anak Bukan Berarti Memanjakan Anak!

0 1,858
foto: istimewa
foto: istimewa

Sejak bayi Sydney tidak biasa jajan. Selain untuk alasan hiegienitas, ada hal prinsipil yang ingin kami terapkan pada anak tentang nilai uang. Bahwa di dunia nyata, orang butuh usaha untuk bisa mendapatkan sesuatu.

Related Posts
1 daripada 105

Bagaimana Sydney ‘ngemil’? Maka saya yang sengaja menyempatkan diri membuat camilan sehat untuk Sydney atau terkadang saya juga membeli snack sehat.

Makanya jangan heran kalau di rumah saya selalu punya camilan buatan sendiri dari es krim, pudding, roti, pizza, kolak, asinan dan lain-lain. Tentu tidak semua camilan tersedia dalam sehari, setiap hari berganti-ganti. Kadang camilan juga hanya berupa jagung rebus, singkong rebus, ubi rebus, atau buah-buahan segar. Apa saja yang penting ada yang bisa dikunyah.

Tentu saja saya juga punya stock biskuit, gula-gula yang biasa dibeli di supermarket. Namun tentu saja semuanya sudah melalui screening ketat dari saya, mulai dari kehalalan, kandungan gizi dan lainnya. Dan semua ada aturan makannya.

Selain tidak boleh jajan sendiri. Soal mengunyah camilan pun ada aturannya. Cokelat dan permen hanya boleh dikonsumsi paling banyak 2 dalam sehari itupun di siang hari. Sore dan malam hari dilarang keras makan manis. Alasannya takut lupa sikat gigi malam.

Kebetulan setelah lulus ASI 2,5tahun. Sydney cuma minum susu UHT tanpa gula dan rasa, jadi meskipun di minum malam hari, giginya aman. Alhamdulillah giginya di usia hampir 3,5tahun masih terawat bagus.

Apa Sydney tidak pernah diajak ke warung atau supermarket? Tentu saja pernah! Apalagi saya sering hanya berdua saja dengan Sydney jadi otomatis dia partner setia saya dalam berbelanja.

Namun sebelum berangkat saya beri pemahaman, bahwa kita mau ke warung atau supermarket beli ini, ini dan ini. Tidak ada anggaran lagi untuk beli jajanan lain. Apakah dia setuju dengan peraturannya atau tidak. Jika tidak setuju dia boleh tinggal. Kalau setuju yuk jalan.

Lain lagi kalau tujuan belanja kami adalah beli mainan atau barang-barang perlengkapan dia. Dia harus bisa memilih sesuai rencana yang sudah disepakati. Selebihnya dia harus bersabar sampai kesempatan berikutnya.

Selama ini sih sydney paham dan dia tidak merengek minta sesuatu yang menarik hatinya sepanjang berbelanja. Saat dia teramat sangat ingin, namun barang itu tidak masuk daftar dia melihat dan memegangnya dan ingin merajuk. Namun saya tegas bilang, “tadi kita sudah diskusi bukan kita mau ngapain di sini? Kalau kamu mau itu, tunggu lain kali ya”.

Kecewa? Pastilah. Namun dia tahu orang tuanya tegas jadi tak berani merajuk lagi.

Ketika teman-teman sebayanya bolak-balik ke warung bawa uang sendiri untuk jajan. Sydney tak terpengaruh.

Satu kali di warung dia melihat teman sebayanya minta ini itu oleh orang tuanya. Mulanya minta satu jenis dan dikasih, lalu minta lagi dengan harga mahal namun orang tuanya keberatan karena tidak bawa uang lebih. Si anak menangis meraung-raung dan akhirnya orang tuanya memberi juga.

Rupanya Sydney melihat aksi itu, dan Sydney ingin mencobanya juga demi mendapatkan sebuah mainan ‘kitiran’ seharga seribu rupiah. Tapi karena dari awal sudah disepakati tidak membeli apa-apa. Maka saya tegas berkata “no!!! We already spoke about that”.

Sydney pun menangis meraung-raung, sungguh di luar dugaan. Namun saya kuatkan tekat meski dilihat orang banyak untuk bilang, “no! I said no!”.

Biasa deh kebanyakan orang Indonesia yang suka memanjakan anak. Mereka mengasihani bahkan mau memberikan ke Sydney. Kontan saja saya tolak, saya senyum dan bilang, ” maaf ibu ini bukan soal nilai mainan yang tak seberapa. Tapi ini soal prinsip. Bukannya sombong tapi saya mampu membeli seluruh mainan di sini kalau saya mau”.

Selesai transaksi Sydney masih menangis. Saya tatap matanya dan bilang, “mommy mau pulang karena urusan mommy sudah selesai. Kalau urusan kamu belum selesai silahkan di sini saja”.

Saya bisa lihat dia kaget dengan kata-kata saya. Sejenak dia menimbang terus bilang, “aku ikut mommy” sambil sesenggukan.

Tangan saya siap menggandengnya namun diaalah merajuk minta gendong. Rupanya masih ngambek. “Ok fine, just go a head! Mommy gonna go home and u stay here”.

Akhirnya sydney ikut jalan juga dan lama-lama tangisnya berhenti. Saat reda saya tanya, “kenapa sydney bersikap seperti itu? Sydney gak inget peraturannya?”

Sydney diam sambil sesenggukan. Akhirnya dia bilang, “maafin aku ya mommy. Sydney yang salah”.Peluk untuk sydney.

Namanya anak kecil, mereka belajar nilai-nilai kehidupan dari orang tuanya. Tentang baik dan buruk, nilai-nilai agama, nilai uang dan lain-lain. Layaknya kertas putih, kita para orang tualah yang menulis dan mencorat-coret kertas putih itu.

Masa depan seorang anak dibentuk dari usia dini. Sayangnya banyak orang tua yang salah kaprah tentang arti ‘sayang anak’. Mentang-mentang sayang anak, mereka membanjiri anak-anak mereka dengan materi, selalu menuruti keinginan anak dan tak pernah marah.

Alasannya? Yah orang tua kerja buat siapa lagi kalau bukan buat anak. Alhasil anak terbiasa untuk meminta dan meminta tanpa punya daya juang untuk berusaha mendapatkannya sendiri.

Waktu masih kecil mungkin levelnya cuma minta permen, chiki, cokelat, mainan. Namun, suatu hari nanti saat mereka sudah besar mereka bakal tumbuh menjadi manusia dewasa yang tak punya empati dan malas berusaha demi meraih sesuatu yang namanya mimpi.

Seperti ibu Minah, si tukang cuci dengan penghasilan per bulan tak lebih dari Rp 700 ribu dan penghasilan suami yang tukang sampah tidak lebih dari sejuta rupiah sebulannya. Ia terpaksa mengangsur motor ‘laki’ demi si anak semata wayang yang emoh sekolah kalau tidak punya motor ‘laki’ yang harganya mahal.

Demi memenuhi keinginan sang anak, bu Minah rela mencuci di banyak rumah. Begitupun sang bapak yang sudah renta. Meskipun keduanya sudah bilang kalau penghasilan mereka tak cukup namun sang anak durhaka tak mau tahu. Karena sejak kecil semua permintaannya selalu dikabulkan lalu mengapa sekarang harus ditolak?

Beberapa waktu lalu saya juga membaca berita tentang anak remaja yang tega menggorok leher sang ibu kandung karena tidak dikasih uang. Begitupun salah satu alasan mengapa banyak PSK remaja karena mereka yang terbiasa dituruti permintaannya oleh orang tua tiba-tiba mereka mendapatkan kenyataan pahit kalau orang tuanya miskin alhasil demi merasakan gaya hidup glamor mereka rela kehilangan keperawanan oleh pacar yang suka memanjakan dengan harta. Putus dengan pacar butuh uang mereka pun melacur, berpindah dari pelukan satu laki-laki ke laki-laki lain.

Bodohnya orang tua tidak tahu bahkan tidak mau tahu bagaimana anaknya yang masih sekolah bisa hidup se-glamor itu. Ada juga yang bangga karena anak gadisnya dianggap kembang desa yang dihujani hadiah oleh para lelaki kota. Padahal manalah mungkin lelaki memanjakan dengan hadiah tanpa balasan?

Dear parents, manjakan saja terus anak-anakmu kalau mau suatu hari mereka terus meminta dan meminta kepada kalian tanpa empati! Tidak peduli sudah betapa tuanya kamu yang harus terus bekerja demi memenuhi keinginan sang anak kesayangan yang tidak ada habisnya.

Faktanya, anak yang sedari kecil selalu dipenuhi keinginannya malah tidak akan sukses.

Fakta ini sangat dipahami oleh kebanyakan keluarga super kebangetan tajir di dunia. Namun sayang, justru banyak orang tua dari kalangan ekonomi menengah ke bawah justru masih terus memanjakan anak-anaknya, tak peduli kepala jadi kaki, kaki jadi kepala.

(Disclaimer: Rubrik “Jakarta Kita” adalah kumpulan artikel non formal yang lebih bersifat opini atau fiksi bukan bagian dari berita resmi jakartakita.com)

Tinggalkan komen